Baca tanpa iklan
Padahal pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sudah melakukan berbagai upaya agar harimau tersebut kembali ke habitatnya.
Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan
SERAMBINEWS.COM, TAPAKTUAN – Harimau Sumatera yang sudah memangsa dua sapi warga masih berkeliaran di Dusun Labah Rambung, Gampong Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan.
Akibatnya, masyarakat setempat pun ketakutan berangkat ke kebun.
Padahal pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sudah melakukan berbagai upaya agar harimau tersebut kembali ke habitatnya.
Camat Kluet Timur, Moeriadi SE, menyampaikan hal ini ketika dikonfirmasi Serambinews.com via ponselnya Kamis (15/10/2020).
Menurut Camat, sesuai informasi terbaru didapatnya dari masyarakat, Harimau Sumatera tersebut masih berkeliaran di kawasan perkebunan dekat perkampungan warga.
Baca juga: Warung Kopi Jadi Lapak Prostitusi, Pria 19 Tahun Sediakan 6 Cewek, Tarif Rp 150 Ribu Sekali Kecan
Baca juga: VIDEO Pelaku Perdagangan Manusia Diamankan saat Membawa Kabur Tiga Wanita Rohingya ke Medan
Baca juga: Ayah Pacari Anak Tiri, Sudah Berhubungan Selama 3 Tahun, Ibu Curiga hingga Berakhir di Kantor Polisi
“Karenanya kita meminta BKSDA untuk segera mencari solusi yang tepat agar Harimau tersebut bisa kembali kehabitatnya,” pinta Moeriadi.
Moeriadi mangkhawatirkan, jika persoalan tersebut tidak segera diatasi nantinya masyarakat akan melakukan penanganan dengan cara mereka senciri yang akhirnya berujung kepada persoalan hukum.
“Ya, kita khawatirkan masyarakat akan mengatasinya dengan cara mereka sendiri, ya akhirnya mereka akan berurusan dengan hukum,” ungkap Camat Kluet Timur.
Diakui Moeriadi, pihak BKSDA Aceh dan instansi terkait lainnya sudah melakukan beberapa upaya untuk mengusir Harimau Sumatera yang sudah memangsa dua ekor sapi milik warga tersebut.
Namun dia juga sangat berharap agar langkah penanganan yang tepat dan cepat pelu segera dilakukan.
“Karena keberadaan Harimau tersebut sudah sangat meresahkan warga.
Saat ini warga sekitar tidak lagi berani ke kebun, sedangkan dalam kondisi Covid-19 seperti ini, masyarakat hanya bisa menggantungkan penghasilannya dari hasil perkebunan mereka,” pungkasnya.