Berita Aceh Tenggara

Tak Ada Jembatan, Nek Nenok & Cucu Harus Arungi Derasnya Sungai Alas Pakai Ban Demi Mengais Rezeki

Penulis: Asnawi Luwi
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nek Nenok dan cucunya hendak menyeberangi aliran Sungai Alas sepanjang satu kilometer lebih menuju ladangnya akibat tidak ada jembatan. 

Ia bersama cucu rutin menyeberangi sungai ini saat pergi ke ladang, pasalnya di tempatnnya tinggal tak ada jalan dan jembatan untuk menyeberangi sungai ini. 

Laporan Asnawi Luwi | Aceh Tenggara

SERAMBINEWS.COM, KUTACANE - Menyeberangi Sungai Alas yang terkenal sangat ganas dan deras ini berisiko  yang tinggi, bahkan nyawa taruhannya. 

Oleh karena itu, untuk mengarungi sungai yang pernah menjadi ikon Arung Jeram international ini membutuhkan nyali kuat dan hanya layak dilakukan kaum pria.

Begitu pun, beban ini harus dilakukan oleh seorang perempuan tua, Nenok, warga asal Desa Terutung Payung, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara, bersama cucunya yang masih berusia delapan tahun. 

Namun, apa yang dilakukan perempuan tua yang dikenal Nek Nenok bersama cucunya itu bukan untuk  menyalur hobi, sebagaimana pecinta Arung Jeram. 

Tetapi untuk mengais rezeki. Bagaimana tidak, Nek Nenok dengan semangat dan kegigihannya yang hanya  menggunakan ban bekas, mengarungi sungai yang sangat dalam, deras, dan ganas ini. 

Baca juga: Hati-hati! Bau Mulut Bisa Jadi Pertanda Anda Menderita 5 Penyakit Berbahaya Ini

Baca juga: Mualem Dukung Pelantikan Nova Iriansyah, Tegaskan KAB tak Campuri Interpelasi DPRA

Baca juga: Lowongan Kerja BUMN PT Brantas Abipraya untuk Lulusan S1, Cek Syaratnya

Ia bersama cucu rutin menyeberangi sungai ini saat pergi ke ladang, pasalnya di tempatnnya tinggal tak ada jalan dan jembatan untuk menyeberangi sungai ini. 

Risiko yang sangat tinggi, bahkan mengancam nyawanya dan cucunya tak membuatnya gentar demi mencari rezeki ke ladang. 

Padahal biasanya sungai ini hanya bisa dilalui pakai perahu karet atau boat. 

Sedangan Nek Nenok, ketika pergi ke ladangnya seluas 2.500 meter itu, harus menyeberangi aliran Sungai Alas menggunakan ban bekas tanpa pengaman tambahan lainnya.

Di satu ban bekas itu barang dan cucunya dia letakkan dan kemudian dia peluk ban bersama cucunya ketika menyebrang Sungai Alas.

Kedatangannya ke ladang untuk menanam sayur-mayur dan tanaman muda lainnya.

Namun, jika tak ada kegiata di ladangnya, ia menjadi buruh yang diupah untuk memanen jagung di ladang orang atau hal lainnya dia kerjakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Sedangkan suaminya yang tua sudah lama sakit-sakitan, sehingga Nen Nenok menggantikan peran suaminya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan cucunya. 

Entah sampai kapan akan berakhirnya derita Nek Nenok yang harus mempertaruhkan nyawanya dan cucunya mengarungi Sungai Alas demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Barang kali Nek Nenok juga hanya satu contoh di antara warga Alas lainnya yang bernasib sama. Semoga hal ini cepat teratasi. (*)


Berita Terkini