Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang secara khusus mendapat penghargaan dari Wakil Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati karena berhasil menggulirkan inovasi belajar mengajar di masa pandemi Covid-19.
Apresiasi ini ditunjukan Dyah dengan memberi penghargaan 29 tenaga didik yang dinilai sebagai inovator pendidikan saat berkujung ke kabupaten ini pada 21 Oktober 2020.
Selain guru yang rela berkeliling membawa papan tulis ke rumah siswa, penghargaan ini juga diberikan kepada kepala sekolah dan Plt Kadis Kominfosan Aceh Tamiang Bastian selaku penggagas aplikasi Tamiang Pande. Secara khusus, Dyah memuji dunia pendidikan Aceh Tamiang unggul beberapa langkah dari daerah lain di Aceh.
Salah satu penerima penghargaan ini yang cukup menonjol ialah Tri Wulandari (34). Wulandari merupakan satu-satunya guru SDN Jamur Jelatang penerima penghargaan yang masih berstatus tenaga bakti.
Di tengah keterbatasan sebagai guru bakti, ibu empat anak ini tetap menunjukan totalitas mengajar dengan berkeliling membawa papan tulis ke rumah siswa ataupun musolah. Rutinitas harian ini sudah dilakukannya sejak Maret 2020, atau tak lama setelah aktivitas belajar mengajar tidak normal akibat serangan Covid-19.
Baca juga: Rapim DPA PA Hasilkan 22 Rekomendasi, PA Tetapkan Muzakir Manaf Sebagai Calon Gubernur Aceh 2022
Baca juga: Dokter Ini Tertipu Membeli Lampu Aladdin Rp 4,8 Miliar, Gara-gara Tergiur Jadi Kaya Raya
Baca juga: VIDEO Polisi Beri Tendangan Kungfu Pada Pencuri Sepeda Motor Saat Berusaha Melarikan Diri
“Ada tiga rumah murid dan satu musolah yang dijadikan tempat belajar, jadi sehari-hari ya berkeliling ke situ,” kata Wulandari, Minggu (1/11/2020).
Video aktivitas Wulandari berkeliling membawa papan tulis ini pun sempat viral karena menyebar secara berantai melalui WhatsApp. Uniknya dia baru mengatahui dirinya viral setelah dihubungi Kepala SDN Jamur Jelatang Tusman.
“Sejak awal kami sesama guru di sini niatnya ikhlas. Itukan awal-awal Covid-19, mau ada ujian sekolah, kami cuma berpikir bagaimana biar anak-anak bisa ujiannya bagus, makanya kami inisiatif keliling. Gak kepikiran bakal viral,” beber Wulandari.
Meski sebelumnya tidak pernah berpikiran perjuangannya bersama guru lain mendapat penghargaan, Wulandari tetap mengaku senang dan semakin termotivasi dalam mencurahkan pengabdiannya untuk dunia pendidikan Aceh Tamiang.
Baginya, guru bakti hanya sebuah status yang tidak bisa membatasinya dalam berkreasi dan terus mengembangkan inovasi untuk murid-muridnya. Keberhasilan murid menyerap ilmu pengetahuan di masa pandemi Covid-19 ini sudah menjadi kebahagian tak terhingga bagi Wulandari dan guru lainnya yang khusus masih berstatus bakti.(*)
Baca juga: Pelaku Perampokan Sindikat Lintas Provinsi, Sasar Orang-orang Kaya
Baca juga: VIDEO Kisah Pilu Wanita Cantik Asal Gowa, Suami Meninggal 12 Hari setelah Menikah
Baca juga: Seorang Pemuda Tewas Ditusuk Temannya Sendiri Saat Pesta Miras, Ini Motifnya