SERAMBINEWS.COM, PARIS - Banyak negara, terutama di Barat yang demokratis, memperjuangkan kebebasan berekspresi dan mengizinkan publikasi karikatur Nabi Muhammad.
Prancis telah dikhususkan untuk protes dan seruan untuk boikot di seluruh dunia Muslim, dan seringkali menjadi sasaran kekerasan mematikan dari kelompok ekstremis atau juga tunggal.
Masa kolonialnya yang brutal, kebijakan sekuler yang kukuh, dan presiden yang berbicara keras yang dianggap tidak peka terhadap keyakinan Muslim, semuanya berperan memicu kemarahan Dunia Muslim, lansir AP, Minggu (1/11/2020).
Ketika Prancis meningkatkan keamanan dan berduka atas tiga orang yang tewas dalam serangan pisau di sebuah gereja pada Kamis (29/10/2020), banyak yang dikaitkan dengan ekstremis dalam beberapa tahun terakhir ini,
Berikut adalah beberapa alasan mengapa negara itu menjadi tujuan utama serangan.
Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, lebih dari 5 juta dari negara berpenduduk 67 juta itu merupakan Islam.
Dominasi warisan kolonialnya terdapat di sebagian besar Afrika dan Timur Tengah.
Namun upaya negara itu untuk mengintegrasikan imigran Muslim tersendat.
Baca juga: Presiden Donald Trump, Hati Kami Bersama Rakyat Prancis
Doktrin resmi Prancis tentang buta warna mengabaikan latar belakang etnis dan agama dan agar semua warga negara Prancis dipandang sebagai orang Prancis yang setara.
Pada kenyataannya, cita-cita tersebut sering kali memicu diskriminasi terhadap mereka yang berpenampilan, berpakaian atau berdoa berbeda dari mayoritas Katolik secara historis.
Muslim secara tidak proporsional terwakili lingkungan termiskin, paling terasing di Prancis, serta penjara-penjara di Prancis.
Itu telah menyebabkan orang-orang buangan yang marah yang melihat tanah air mereka sebagai berdosa dan tidak menghormati tradisi Islam.
Atau hanya rasis terhadap Arab dan imigran lain dari tanah yang pernah memperkaya kekaisaran Prancis.
Serangan ekstremis Islam baru-baru ini di Prancis dilakukan oleh mereka yang lahir di luar negeri.
Pemuda kelahiran Prancis berada di belakang banyak pertumpahan darah terburuk dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak dari mereka terkait dengan kelompok Negara Islam.