SERAMBINEWS.COM - Pemerintah Afghanistan saat ini dalam proses perdamaian dengan Taliban untuk mengakhiri perang saudara di negara tersebut.
Di sisi lain, proses kesepakatan damai yang sukses dengan Taliban juga akan memungkinkan Pemerintah Afghanistan untuk memfokuskan sumber daya dalam melawan kelompok ISIS.
Demikian terungkap dalam pernyataan Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib pada Sabtu (5/12/2020).
Afghanistan bergulat dengan gelombang kekerasan yang memburuk, meskipun pembicaraan damai penting dengan Taliban telah dimulai pada September lalu, di Qatar.
Kelompok milisi ISIS telah mengklaim serangkaian serangan terhadap sasaran yang rentan di Afghanistan, termasuk serangan pada November di Universitas Kabul.
Baca juga: Diduga Dijadikan Alat Propaganda, AS Hentikan Program Pertukaran Budaya dengan China
Baca juga: Berikut Ciri-ciri Nomor WhatsApp Diblokir Orang, Silakan Cek Mungkin Anda Mengalaminya
Baca juga: Buruan! BTN Buka Tiga Posisi Lowongan Kerja bagi Lulusan S1, Catat Link dan Syarat Pendaftarannya
Berdasarkan laporan saksi mata bahwa terdapat orang-orang bersenjata meledakkan granat dan menyemprotkan tembakan otomatis ke seluruh kampus.
Hamdullah Mohib, Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan mengatakan, bahwa meskipun ISIS telah dikeluarkan dari wilayah yang dikuasainya dan sumber pendanaannya terganggu, kelompok itu masih mempertahankan "jaringan teror".
"Tentu saja serangan-serangan itu sendiri cukup merusak, mereka menimbulkan banyak ketakutan bagi rakyat kami, dan kami bekerja sangat keras untuk mencegah mereka menyerang kota-kota kami," kata Mohib kepada AFP.
"Kami menghadapi banyak ancaman, jadi sumber daya kami terkuras," katanya di sela-sela Konferensi Keamanan di ibu kota Bahrain, seperti yang dilansir dari AFP pada Sabtu (5/12/2020).
"Salah satu alasan kami fokus pada proses perdamaian dengan Taliban ini adalah jika kami ingin mencapai perdamaian dengan Taliban, kemampuan pasukan keamanan kami akan dapat dialihkan ke penanganan kelompok teroris seperti ISIS," ungkapnya. "Sehingga, kami dapat menahan serangan ISIS lebih mudah," tambahnya.
Baca juga: Gardu Terendam Banjir, Listrik Padam di Sejumlah Kecamatan, Aceh Utara Gelap Gulita
Baca juga: Rumah Tahfidz Ihsanul Ummah, Johan Pahlawan, Wisuda 15 Santri Tahfidz Juz 30
Baca juga: SMK PP Kutacane Raih Medali Emas dan Perak di Ajang Science Competion Expo 2020 Se-Sumbagut
Pembicaraan Doha telah mencapai kemajuan dalam beberapa hari terakhir, menetapkan kode etik yang akan memungkinkan proses untuk bergerak ke tahap berikutnya dalam menetapkan agenda negosiasi.
"Ini merupakan konflik yang panjang, empat dekade untuk mengakhiri konflik itu, tentu saja ada banyak keluhan yang perlu ditangani," kata Mohib.
"Semua orang lelah. Tuntutan rakyat Afghanistan adalah diakhirinya konflik ini, tetapi ada banyak perbedaan," katanya.
"Tapi, saya pikir dengan semangat yang baik, kami akan bisa mencapai perdamaian," ucap Penasehat Keamanan Nasional Afghanistan ini.
Pihak yang bertikai telah terlibat langsung untuk pertama kalinya, menyusul kesepakatan penarikan pasukan yang ditandatangani pada Februari oleh pemberontak dan Washington.
Baca juga: Polisi Dalami Kasus BBM Subsidi di Nagan Raya
Baca juga: Balita Meninggal Tenggelam, Perahu Wisata Dinaikinya di Jembatan Cinta Terbalik, Akibat Cuaca Buruk
Baca juga: Brimob Aramiah Bantu Evakuasi Korban Banjir Aceh Timur, Dirikan Tenda Darurat di Lapangan Pereulak
AS setuju untuk menarik semua pasukan asing dengan imbalan jaminan keamanan dan janji Taliban untuk mengadakan pembicaraan dengan Kabul.
Namun, proses tersebut dibayangi oleh gelombang kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, dengan Taliban melancarkan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan pemerintah.
"Taliban ingin mendapatkan keuntungan maksimal di meja perundingan dan saya pikir mereka mungkin menguji pasukan keamanan Afghanistan,” ulasnya.
“Mungkin juga tentang seberapa jauh mereka akan melangkah sebelum sekutu kami datang untuk mendukung kami," papar Mohib.
Presiden Donald Trump telah memerintahkan kehadiran pasukan AS di Afghanistan untuk dipangkas dari 4.500 menjadi 2.500 pada pertengahan Januari, sebuah langkah yang menurut Mohib akan membuat militer Afghanistan di bawah tekanan.
Baca juga: Ngeri! Lima Rumah Hanyut Dibawa Banjir Saat Dini Hari, Warga Berjibaku Selamatkan Diri
Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 di Indonesia Lampaui Angka 6.000
Baca juga: Rocky Janji Bangun Kembali Rumah Warga Rusak Dihantam Banjir, Salurkan Sembako ke Pengungsian
"Ini akan membebani kemampuan kami dan tentu saja akan mempengaruhi fasilitas pelatihan dan pemeliharaan yang sedang dibangun," katanya.
Sehingga, memberikan tekanan kemungkinan besar mempercepat rencana untuk membuat angkatan udara mandiri.
"Kami masih mengandalkan kekuatan udara AS untuk banyak konflik dan kami membutuhkannya untuk mempertahankan keunggulan kami atas Taliban sampai kemampuan kami sendiri dibangun," ujarnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Berdamai dengan Taliban, Afghanistan akan Fokus Lawan ISIS"