* Tiap Hari Jalan Kaki Hingga Puluhan Kilometer
Perjalanan Amri dan Rafli hanya bermodal karung putih besar. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan-jalan di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar untuk memungut barang-barang yang dianggap tidak berguna lagi oleh warga lain. Bagi ayah dan anak tersebut, botol minuman dan kaleng bekas itu adalah sumber penghidupan untuk keluarganya.
Sorot mata pria ini menunjukkan kedisiplinan dalam mencari nafkah guna menghidupi anak-anaknya. Tuturnya lembut, jauh lebih halus dari penampilannya yang terbakar matahari. Ia pun mengeluarkan nada bicara secara tenang. Laki-laki tersebut adalah Amri Syafrizal (41), ayah dari tiga anak, yang istrinya kini sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh.
Setiap hari, Amri berjalan kaki puluhan kilometer bersama anaknya Rafli (5) untuk mencari botol minuman dan kaleng bekas di sejumlah jalan kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar. Ketika Serambi menjumpainya di jalan depan Kantor Gubernur Aceh, Minggu (6/12/2020), Amri sedang membawa sekarung botol bekas di punggungnya. Rafli mengikuti sang ayah menyusuri jalan pulang.
Perjalanan Amri dan Rafli hanya bermodal karung putih besar. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan-jalan di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar untuk memungut barang-barang yang dianggap tidak berguna lagi oleh warga lain. Bagi ayah dan anak tersebut, botol minuman dan kaleng bekas itu adalah sumber penghidupan untuk keluarganya.
Amri dan Rafli berangkat dari rumahnya di kawasan Ujong Batee, Aceh Besar, sekitar pukul 07.00 WIB. Mereka menumpang angkot (labi-labi) menuju ke Lampineung. Di sinilah, perjalanan rutin ayah dan anak ini dimulai. Pelan-pelan mereka berjalan untuk mencari sumber penghidupan di jalanan. Mata yang lihai serta kaki yang kuat, sudah mematangkan semangat mereka untuk mencari botol minuman dan kaleng bekas.
Dari Lampineung, Amri dan Rafli yang masih bocah ini menyusuri Jalan Panglima Nyak Makam yang panjangnya sekitar 2 kilometer. Sesampai di Simpang BPKP, perjalanan mereka berlanjut ke Jalan Profesor Ali Hasjmy yang membentang sekitar 2 kilometer hingga ke Jembatan Pango. Mereka berdua sering terlihat melewati Kantor Harian Serambi Indonesia di Meunasah Manyang, Kemukiman Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Dengan karung goni, ayah dan anak ini melewati jalan demi jalan dengan sepasang sandal dan baju lusuh. Aroma dibakar matahari juga tercium khas dari badan mereka. Saat cuaca panas atau dingin, mereka tetap berada di jalanan.
Setelah berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, menurut Amri, sekitar pukul 17.00 WIB, mereka menuju ke Jalan Teuku Nyak Arief (kawasan Jeulingke) sebagai tempat terakhir perjalanan selama sehari. Pada salah satu halte di Lingke, ayah dan anak itu duduk menunggu angkot. Jika tidak ada angkot (labi-labi) yang lewat, mereka terpaksa naik becak.
Jika pulang dengan naik becak, Amri harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 40 ribu, angka yang cukup besar bagi mereka yang kesehariannya mencari uang dengan cara mengumpulkan botol minuman dan kaleng bekas. Dengan mengeluarkan Rp 40 ribu untuk ongkos becak, itu berarti setengah dari penghasilan Amri dan anaknya mencari botol minuman dan kaleng bekas sudah habis untuk biaya transpor.
Dalam sehari, sebut Amri, ia mendapatkan uang dari menjual botol minuman dan kaleng bekas tersebut lebih kurang Rp 80 ribu. Namun, sambung Amri, pendapatannya kian menurun jika cuaca sedang hujan.
Pada sore hari, satu karung penuh botol minuman dan kaleng bekas hasil pencarian mereka di jalanan dibawa pulang ke rumah. Sesampai ke rumah, barang tersebut dibersihkan terlebih dulu sebelum dijual kepada pedagang pengepul. Biasanya mereka mencari botol minuman dengan kaleng bekas, karena mudah ditemukan. Plastik-plastik yang bisa dibawa juga mereka kutip.
Keluarga
Amri memiliki tiga anak dan seorang istri. Saat ini, istrinya sedang dirawat di RSJ Aceh karena mengalami masalah pada saraf. Menurut Amri, istrinya setelah melahirkan anak pertama, mulai memperlihatkan gejala seperti berteriak-teriak tanpa sebab. Saat kelahiran Rafli, gejalanya makin mengkhawatirkan, sehingga ia dirawat ke RSJ. Meski sudah empat tahun dirawat di RSJ, namun istri Amri masih mengenal dirinya dan anak-anak mereka.
Anak pertama Amri sudah meninggal dunia, sementara anak keduanya berjenis kelamin perempuan sedang disekolahkan oleh Dinas Sosial (Dinsos) Aceh sampai kuliah. Sedangkan Rafli akan masuk ke sekolah dasar (SD).