Internasional

China Berencana Mengeksploitasi Jaringan Kabel Bawah Laut Untuk Memata-matai Negara Lain

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kabel serat optik bawah laut dipasang pada tali di pantai Arrietara dekat Sopelana di Basque Spanyol pada 13 Juni 2017.

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintah China mendukung investasi swasta dalam proyek kabel bawah laut di Pasifik untuk memata-matai negara lain dan mencuri data.

Newsweek, Sabtu (19/12/20200 melaporkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan yang mengklaim China berencana memonopoli jaringan komunikasi di Pasifik.

Dikatakan, China akan mencuri data berharga dari para pesaingnya.

Laporan itu muncul sehari setelah penyelidikan Reuters menemukan pejabat pemerintah AS telah memperingatkan negara-negara kepulauan Pasifik.

Agar tidak memberikan kontrak kabel bawah air kepada perusahaan-perusahaan terkait negara China.

Kontrak ini terkait dengan Proyek Konektivitas Kiribati (KCP), yang dirancang pada 2017 untuk meningkatkan komunikasi ke negara pulau Nauru, Negara Federasi Mikronesia (FSM), dan Kiribati.

Penawar termasuk NEC Jepang, Nokia Finlandia, Alcatel Submarine Networks (ASN) yang bermarkas di Prancis.

Baca juga: Gubernur Aceh Buka Sapda KNPI Aceh di Takengon

Huawei Marine baru-baru ini divestasi dari Huawei Technologies Co Ltd dimiliki oleh perusahaan China lainnya.

Menurut laporan Reuters, pejabat Washington mengklaim perusahaan yang didukung pemerintah China meremehkan pesaing internasional.

Untuk mendapatkan akses ke kontrak kabel untuk memperluas pengaruh mereka.

Sebagai bagian dari proyek, kabel akan terhubung ke jaringan yang disebut HNATRU-1, yang melayani Guam.

Silayah Pasifik AS yang berlokasi strategis dekat dengan China, Korea Utara, dan seluruh Asia Timur.

Ini adalah markas besar Komando Pasukan Ekspedisi Angkatan Laut AS, Armada 7 Pasifik.

Proyek senilai 72,6 juta dolar ini didukung oleh Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.

Menanggapi tuduhan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China kepada Reuters mengatakan Amerika Serikat berusaha mencoreng perusahaan China.

Halaman
12

Berita Terkini