* Kasus Perawat Putus Lengan Kena Pisau Mesin Rumput
Fajri menambahkan, pihak keluarga AB dan warga setempat juga sudah berkunjung ke rumahnya serta dan menyampaikan permintaan maaf dan duka cita atas musibah tersebut. "Kami dari keluarga sudah memaafkan, apalagi ini tidak disengaja. Siapa mau musibah seperti ini?" timpal Fajri.
Fajri, suami Anna Mutia (28), perawat Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP) Aceh Barat Daya (Abdya) yang meninggal dunia setelah menjalani perawatan medis di rumah sakit akibat lengan kanannya putus terkena tebasan pisau mesin pemotong rumput, mengaku ikhlas atas musibah yang menimpa istrinya. "Ya, saya sudah ikhlas," ujar Fajri kepada Serambi, di rumahnya kawasan Gampong Alue Pisang, Kecamatan Kuala Batee, Abdya, Sabtu (9/1/2021).
Bahkan, Fajri juga mengaku sudah memaafkan tersangka AB (65), petani yang dinilai oleh polisi harus bertanggung jawab atas meninggalnya Anna karena mata mesin pemotong rumput miliknya lepas dan terbang hingga menebas lengan kanan korban pada Senin (28/12/2020) pagi. Akibatnya, Anna tergeletak dan tidak sadarkan diri di jalan Dusun Ingin Jaya, Gampong Ujong Padang, Kecamatan Susoh, Abdya.
Setelah peristiwa itu, Anna tak hanya kehilangan lengan kanannnya, namun ibu satu anak itu juga harus kehilangan nyawa. "Sudah memaafkan (tersangka), apalagi dalam kasus ini tidak ada unsur kesengajaan, murni musibah," katanya. Namun, Fajri mengaku sedih mengapa AB menutupi kejadian itu dan tidak mengaku dari awal, sehingga persoalan tersebut tidak sampai harus dilaporkan ke polisi.
Menurut Fajri, alasan utama pihaknya melaporkan kejadian itu ke polisi karena merasa janggal atas musibah yang menimpa istrinya. "Tapi, saya juga maklum, mungkin beliau takut. Sebagai perbandingan, kita saja jika saat main bola tiba-tiba kaca rumah orang pecah terkena bola juga tidak mau mengaku. Apalagi ini yang sampai membuat orang lain kehilangan tangan dan nyawa," ungkapnya.
Fajri menambahkan, pihak keluarga AB dan warga setempat juga sudah berkunjung ke rumahnya serta dan menyampaikan permintaan maaf dan duka cita atas musibah tersebut. "Kami dari keluarga sudah memaafkan, apalagi ini tidak disengaja. Siapa mau musibah seperti ini?" timpal Fajri.
Meski begitu, ia mengaku sedih dan menyesal karena musibah yang menimpa istrinya itu bisa berujung maut. Sebab, lanjut Fajri, pihaknya baru tahu bahwa selama ini di Aceh belum ada pasien putus tangan yang berhasil disambung, tapi tetap harus diamputasi.
"Kalau tahu seperti ini kejadiannya, biarlah diamputasi saja di sini (tidak di rujuk ke RSUZA). Kalau tidak ada lagi tangan ya sudah. Biarlah nggak ada tangan, yang penting istri saya selamat. Mungkin, sudah seperti ini jalurnya, nahas dulu, baru mautnya," tuturnya.
Anna mengembuskan napas terakhir di ruang ICU RSUZA Banda Aceh, pada Selasa (5/1/2021) pagi. Sebelum meninggal dunia, Anna sempat menjalani operasi sambung lengan kanan yang putus total pada Senin (28/12/2020). Namun, tangan yang sudah disambung itu harus dicopot kembali setelah dinyatakan tidak berfungsi. Sebab, aliran darahnya tak mengalir secara baik.
Fajri mengatakan, kondisi istrinya mulai memburuk sejak Senin malam. Ia tidak sadarkan diri serta urine-nya tidak keluar setelah menjalani operasi penyambungan dan pelepasan tangan. "Kondisinya menurun pada Senin malam. Kondisi badan semakin membengkak, darah keluar dari mulut, seluruh badan bengkak, tangan dan kaki," kata Fajri. Bahkan, Anna juga sempat menjalani cuci darah sebanyak dua kali sebelum akhirnya meninggal dunia.
Terkait proses hukum, Fajri menyerahkan sepenuhnya kepada polisi. Sebab, tambahnya, polisi tentu punya cara dan pertimbangan tertentu dalam menangani musibah yang menimpa istrinya. "Kalau saya tidak menuntut apa-apa, saya sudah memaafkan karena ini musibah," timpal Fajri.
Sehubungan dengan musibah yang menimpa istrinya, Fajri meminta kepada pemerintah yang selama ini membersihkan rumput di media atau trotoar jalan menggunakan mesin pemotong, agar mengganti dengan alat lain. "Saya berharap ini jadi pengalaman, sehingga tidak ada lagi yang jadi korban baik dari pengguna jalan maupun pekerjanya," harapnya.
Sebab, kata Fajri, para pekerja pembersih rumput di pinggir jalan merasa tidak bersalah dan menanggap mesin tersebut aman-aman saja. Padahal, lanjutnya, selama ini tidak sedikit pemilik mobil dan pengendara sepeda motor yang jadi korban mesin pemotong rumput tersebut. "Ada kaca mobil yang pecah serta mata dan kepala orang lain terkena batu yang terbang akibat berbenturan dengan pisau mesin potong tersebut. Ini kan bahaya. Jadi, saya bermohon agar ke depan pemerintah dan dinas terkait tidak lagi menggunakan mesin ini. Sebab, berbahaya bagi pengguna jalan maupun pekerja," pungkasnya.
Pantauan Serambi, memasuki hari kelima kepergian Anna yang sebelumnya bertugas di ruang rawat inap paru dan saraf RSUTP, rumah korban masih dipadati oleh sanak keluarga yang datang melayat. Anak korban yang baru berumur tiga tahun belum tahui bahwa sang ibu sudah pergi untuk selama-lamanya. Sesekali ia naik dan tidur ke atas tempat tidur ibunya dan bermain ceria di depan tempat tidur tersebut. "Mungkin beliau masih nampak-nampak kalau di situ ada mamaknya, makanya seperti itu dia," ujar Abdullah, salah seorang pelayat.
Untuk diketahui, Satreskrim Polres Abdya berhasil mengungkapkan kasus putusnya lengan Anna yang sempat menjadi misteri itu setelah terjun ke lokasi pada Selasa (5/1/2021) pagi. Saat turun ke lokasi, AKP Erjan menemukan potongan pisau mesin rumput dalam kondisi patah pada lokasi yang tak jauh dari tempat Anna terjatuh.
Mendapat petunjuk itu, AKP Erjan mendatangi AB dan menanyakan kepada AB tentang benda tersebut. Merasa ketakutan, AB pun mengakui bahwa benda itu miliknya yang ia buang setelah kejadian tersebut. Mendengar penjelasan itu, Erjan pun meminta AB untuk memperlihatkan mesin pemotong rumput yang sudah ditanam di belakang rumahnya di kebun sawit sebagai barang bukti. Setelah mendapat sejumlah barang bukti , AB pun langsung dibawa ke Mapolres untuk diminta keterangan dan kemudian ditetapkan sebagai tersangka. (rahmat saputra)