Sudah Beli Tiket, Tapi Batal Naik Pesawat karena Tak Punya Uang untuk Tes Swab

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Indra Wibowo (21) dan Paulus Yulius Kollo (24), dua penumpang yang lolos dari kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021) pekan lalu.

* Kisah Pemuda Asal Agara Selamat dari Musibah Sriwijaya Air

Setelah memiliki tiket pesawat, keduanya diwajibkan mengikuti tes swab PCR. Karena biaya tes swab PCR cukup mahal dan mereka tidak punya uang, sehingga batal terbang dengan pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-500 tersebut. Lalu, keduanya kemudian naik kapal laut ke Pontianak, Kalimantan Barat, setelah disarankan oleh bos tempat mereka bekerja.

Banyak kisah yang terungkap setelah kecelakaan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Sabtu (9/1/2021) pekan lalu. Salah satunya, dua penumpang asal Aceh Tenggara (Agara) dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), selamat karena batal berangkat. Padahal, mereka sudah membeli tiket pesawat tersebut.

Setelah memiliki tiket pesawat, keduanya diwajibkan mengikuti tes swab PCR. Karena biaya tes swab PCR cukup mahal dan mereka tidak punya uang, sehingga batal terbang dengan pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-500 tersebut. Lalu, keduanya kemudian naik kapal laut ke Pontianak, Kalimantan Barat, setelah disarankan oleh bos tempat mereka bekerja. Pemuda yang selamat dari musibah itu adalah Indra Wibowo (21) asal Agara dan temannya Paulus Yulius Kollo (24) asal Kupang.

Setelah memiliki tiket pesawat, Yulius dan Indra diwajibkan mengikuti tes swab dan menunjukkan hasilnya negatif, sebagai syarat keberangkatan. Biaya swab lumayan mahal. Untuk mengetahui hasil tes secara cepat (sekitar enam jam), harganya Rp 2,6 juta.

Atas saran bosnya, Yulius mengecek tiket kapal laut. Karena harganya cocok di kantong, ia bersama Indra lantas naik KM Lawit dan tiba dengan selamat di Pontianak. Belakangan, mereka baru tahu bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang batal mereka tumpangi hilang kontak dan akhirnya dikabarkan jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2020).

Nama Indra dan Yulius masuk dalam manifes penumpang Sriwijaya Air yang nahas tersebut. Sebab, saat membatalkan tiket, mereka tidak memberitahukan ke pihak maskapai. Orang tua Yulius di kampung halaman syok mendengar kabar tersebut karena mengira Paulus berada dalam pesawat tersebut.

"Orang tua saya menangis, mengira bahwa saya sudah kenapa-kenapa," ujarnya. "Semua jalan Tuhan saya bisa selamat dan memang nasib saya beserta teman saya," ucap Yulius saat ditemui di rumah milik bosnya, Jalan HRA Rachman, Gang Nusa, Swignyo, Sungai Jawi, Kota Pontianak, Senin (11/1/2021) malam.

Yulius mengatakan, dirinya sudah mendengar kabar tentang pesawat hilang kontak tersebut dari pelabuhan, masih dekat dengan kapal. Mendapat kabar dari bos dan Keluarga bahwa ada pesawat hilang kontak pada 9 Januari 2021, keluarga merasa khawatir. "Keluarga sempat khawatir dengan adanya kejadian tersebut," katanya.

"Waktu kami membatalkan tiket penerbangan tidak memberikan informasi kepada pihak maskapai Sriwijaya Air. Setahu orang-orang kami menaiki pesawat padahal kami sudah beralih menggunakan kapal laut. Jadi, tiket kami juga aktif di pihak maskapai Sriwijaya Air,” tutur Yulius.

Orangtuanya menunggu kabar dari Sabtu (9/1/2021) malam sampai Minggu (10/1/2021) pagi karena nama Yulius paling atas di daftar manifes. Setelah sampai di dekat pelabuhan, ia coba menghubungi orang tua dan  keluarganya. Seandainya memaksakan untuk tes Swab PCR, Yulius tidak tahu lagi dirinya akan duduk disini lagi atau sudah di tempat yang lain.

Yulius Kollo lantas menceritakan pengalamannya. “Kita dari Makassar sampai di Jakarta dari pukul 19.00 WIB tanggal 5 Januari. Waktu itu, kita transit menuju ke Kota Pontianak. Transit dari Pesawat itu menjadi Pukul 05.00 WIB tanggal 5. Kita menginap di Bandara, kebetulan ada keluarga di Kota Jakarta, jadi menginap semalam,” papar Yulius.

Saat itu, Yulius bersama rombongan terdiri dari enam orang. Yulius mengatakan, sampai di Bandara, pihak maskapai Sriwijaya Air memberhentikan mereka karena kebijakan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan tes swab PCR Negatif untuk bisa terbang ke Kota Pontianak.

"Tim dari Makassar yang berangkat terdiri dari 6 orang. Saya dan Indra Wibowo hanya melaksanakan swab Antigen, jadi kami tidak diperbolehkan berangkat. Bos saya berdebat dengan pihak maskapai Sriwijaya Air. Setelah itu, pihak maskapai memanggil manajernya berbicara dengan bos saya. Akhirnya manajer maskapai tersebut memberi jalan tengah yaitu meminta kami untuk me-reschedule tiketnya menjadi tanggal 9. Empat orang lanjut, saya bersama Indra saya batal berangkat pada tanggal 5 tersebut," papar Yulius.

Pada tanggal 8 Januari, sambung Yulius, dirinya pergi ke salah satu rumah sakit di Jakarta untuk mengecek biaya tes swab PCR. Harganya bervariasi untuk 3 hari tes keluar hasilnya sekitar Rp 1,3 juta dan yang instan (6 jam) harganya sekitar Rp 2,6 juta. "Tiket kita tanggal 9, jadi harus tes instan. Cek biaya, saya hubungi bos memberitahukan harganya," kata Yulius.

Halaman
12

Berita Terkini