"Tim ini mengambil delapan sampel tanah yang tidak terganggu (undisturbed sample) dan dua sampel tanah terganggu (disturbed sample).
Sampel tanah tersebut akan kami uji di Laboratorium Geologi USK untuk memperoleh sifat fisik dan mekanisnya.
Dari sifat-sifat fisik dan mekanis tersebut kita bisa melakukan analisis kestabilan lereng di lokasi terdampak dan sekitarnya," kata Bambang Setiawan.
Tim kedua, lanjut Bambang, kembali menerbangkan drone untuk memotret kondisi terkini Lamkleng dari udara.
Pada kegiatan pemotretan menggunakan drone kali ini diikuti dengan meletakkan sejumlah batu bata di permukaan tanah sebagai titik atau lokasi pengikat pada saat analisis dilakukan nantinya.
Dr Syamsidik selaku peneliti senior di Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) USK mengatakan, kondisi di blok longsoran itu semakin parah.
"Kami sudah ke sana lagi tadi siang," kata Syamsidik.
Pihaknya sudah mengambil imej drone kedua dan menandai sejumlah titik untuk diamati pergerakan arah horizontalnya.
Ia juga mengklarifikasi pemberitaan media ini sebelumnya bahwa foto dan video yang beredar bahwa seolah terbentuk alur sungai di Lamkeng pascahujan deras tadi malam.
"Memang muncul alur baru, tapi itu bukan aliran sungai atau anak sungai, melainkan memang tanahnya yang amblas," kata Syamsidik.
Menurutnya, alur air yang terbentuk di blok longsoran itu terjadi di lokasi pekuburan warga.
"Sejauh ini sudah 14 rumah yang penghuninya diminta mengungsi ke tempat yang lebih aman di Gampong Lamkleng," kata Dosen Fakultas Teknik USK ini.
Semakin Aktif, Pohon Bertumbangan hingga Kuburan Rusak
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, kondisi tanah bergerak di Desa Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, semakin aktif hingga mengkhawatirkan warga di sekitar.
Laporan terbaru wartawan Serambinews.com Asnawi Luwi di lokasi memperlihatkan tanah anjlok mencapai 2-3 meter.