Jagat media sosial dipenuhi berbagai rekaman amatir, yang memerlihatkan air menyapu celah sempit pada lembah dengan kecepatan mengerikan.
Salah satu penyintas, Rajesh Kumar, mengungkapkan hari mereka awalnya begitu normal dengan pekerjaan di kedalaman 300 meter.
"Tiba-tiba, terdengar siulan dan teriakan agar kami keluar. Kami segera keluar namun air datang lebih cepat," paparnya.
Pria 28 tahun itu menuturkan, rasanya seperti berada di film Hollywood. "Kami kira kami tidak akan selamat."
Pemerintah setempat awalnya menduga air bah itu berasal dari bongkahan besar gletser yang mencair di Himalaya.
Namun, mereka kemudian mengajukan teori fenomena lain yang disebut dengan banjir semburan danau glasial, atau GLOF.
Fenomena ini terjadi ketika tepian danau glasial, yang terbentuk dari gletser, diterobos.
Menyemburkan air dalam jumlah besar ke bawah.
Banjir besar itu, menurut otoritas, bisa saja disebabkan longsoran salju.
Mungkin juga dipicu kantong air dalam gletser meledak. Dalam beberapa tahun terakhir, gletser di sana terus mencair.
Pakar menyebut sebagian karena pemanasan global, ada juga karena pembangunan pembangkit listrik.
Pada 2013, banjir bandang membunuh 6.000 orang dan membuat rencana penerapan proyek lainnya di Uttarakhand harus dikaji ulang.
Vimlendhu Jha, pendiri LSM Swechha berkata, bencana ini adalah "pengingat suram" dari perubahan iklim maupun proyek seperti pembanguna jalan.
Apalagi pada 2019, sebuah studi mengungkapkan gletser di Himalaya, dikenal juga sebagai Kutub Ketiga dunia, bisa mencair pada 2100 jika remisi tak dijalankan.
• Unik Petai Dijual per Biji di Malaysia, Dibungkus Seperti Permen, Ternyata Segini Harganya
• Israel Minta Sekutu Tekan Jaksa ICC Agar tak Lanjutkan Penyidikan Kejahatan Perang di Palestina
• Afrika Hentikan Pemakaian Vaksin AstraZeneca, Australia Jadi Resah Karena Sudah Pesan 53 Juta Dosis
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "UPDATE: 18 Tewas, 200 Hilang dalam Bencana Gletser Longsor di India",