UPLB Perspective, publikasi mahasiswa di University of Philippines, melaporkan bahwa dua orang penyelenggara perburuhan dan sepasang suami istri, tewas di provinsi Batangas.
Chai dan Ariel Evangelista, bersama dengan putra mereka yang berusia 10 tahun, hilang hanya beberapa jam sebelum mereka dikabarkan tewas.
Keberadaan putra mereka masih belum diketahui hingga kini.
Baca juga: Duka Keluarga Ibu dan Anak yang Ditembak Mati oleh Polisi Filipina, Salahkan Presiden Duterte
Baca juga: Kronologi Polisi Tembak Mati Ibu dan Anak, Presiden Rodrigo Duterte: Pelaku Harus Dihukum Setimpal
Karapatan mengatakan keluarga itu ditahan selama penggerebekan yang berlangsung pada dini hari, tetapi tidak menyebutkan siapa yang menahan mereka.
Di Provinsi Rizal, Karapatan juga mengonfirmasi dua orang tewas dalam operasi penumpasan itu.
Sekretaris Jenderal Karapatan, Cristina Palabay mengatakan aparat dengan sangat patuh mengiyakan perintah "bunuh, bunuh, bunuh dari presiden".
Human Rights Watch (HRW) juga menyuarakan keprihatinan tentang penumpasan mematikan tersebut.
Mereka mengatakan bahwa, berdasarkan laporan, operasi tersebut tampaknya merupakan "rencana terkoordinasi" oleh pihak berwenang.
"Insiden ini jelas merupakan bagian dari kampanye kontra pemberontakan pemerintah yang semakin brutal, yang bertujuan untuk memusnahkan pemberontakan komunis,” kata Phil Robertson, wakil direktur HRW Asia.
Pada hari Jumat (5/3/2021), Presiden Duterte meluncurkan operasi penumpasan terhadap pemberontak komunis di Mindanao.
Penumpasan komunis ini memunculkan ketakutan akan gelombang baru pertumpahan darah yang mirip dengan perang melawan narkoba yang menewaskan ribuan orang, termasuk anak-anak.
Baca juga: Duterte Kembali Desak Penerapan Hukuman Suntik Mati Bagi Pelaku Kejahatan Narkoba
Baca juga: Pelaku Lempar Sampah Botol Plastik ke Mulut Kuda Nil Rupanya Ibu-ibu, Kini Klarifikasi & Minta Maaf
Duterte menawarkan perumahan, pekerjaan dan pendidikan gratis kepada pemberontak komunis yang akan menyerahkan diri.
Tetapi bagi pemberontak yang tidak mau menyerah, Duterte memerintahkan polisi dan militer untuk “membunuh mereka" jika aparat melihat mereka memiliki senjata api.
Pemberontakan selama puluhan tahun
Pemberontak komunis telah berperang melawan pemerintah di Filipina sejak 1968, menjadi salah satu pemberontakan Maois terlama di dunia.