Islam tidak mengenal istilah siraman, tetapi istilah mandi (ghusl) ada dalam ajaran Islam.
Mandi (ghusl), menurut syara, ialah meratakan air pada seluruh badan untuk ṭaharah dari hadas besar.
Baca juga: Isi Souvenir Lamaran Atta Halilintar dan Aurel Terbongkar, Ternyata Punya Makna yang Tak Terduga
Mandi dalam konteks Islam dan siraman dalam pandangan filsafat memiliki relasi yang sangat sinergis kedua-duanya memiliki makna bahwa baik mandi maupun siraman berusaha menghilangkan kotoran, dalam Islam disebut hadas sedangkan dalam pemaknaan filsafat disebut kotor/dosa.
Tujuan dari keduanya sama yaitu untuk mencapai kesucian, dalam Islam agar syah untuk melakukan ibadah shalat, puasa dan haji, sedangkan untuk filsafat agar suci untuk dapat sangkan paraning dumadi.
Pelaksana Upacara Siraman
Upacara siraman dilakukan antara pukul 10.00 – 15.00 sehari sebelum upacara panggih.
Konon para bidadari turun mandi bersama bersuka ria kira-kira pukul 11.00 pagi.
Agar dapat secantik dan seceria bidadari, maka calon pengantin mandi pukul 11 siang.
Namun, ada pula calon pengantin yang mandi sekitar pukul 15.00 demi kepraktisan.
Untuk prosesi siraman Aurel Hermansyah, akan dilaksanakan pukul 15:00 WIB.
Pengantin diibaratkan sebagai seorang yang cantik menawan, sehingga untuk mandi saja waktunya disamakan dengan bidadari.
Makna visual bidadari itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihatnya, menentramkan hati setiap memandangnya.
Rupanya cantik jelita, kulitnya mulus, memiliki akhlak yang mulia.
Baca juga: Panggilan Anang pada KD Mantan Istrinya Jadi Sorotan, Tak Lagi Sapa Mimi, saat Lamaran Aurel-Atta
Dalam pemikiran orang Islam, bidadari adalah penghuni surga yang merupakan hadiah bagi wanita shalehah, istri shalehah.
Laki-laki yang mati syahid dijanjikan mendapatkan bidadari di surga.