Sama seperti Partai Golkar, Gerindra juga butuh partai menengah untuk mengusung Prabowo.
"Masih sangat panjang, fluktuatif, bisa saja porosnya berubah. Saya sepakat calon lebih dari dua, sehingga kandidat termotivasi untuk berkompetisi. Sehingga akan adu program yang bagus, ujungnya kepentingan publik," ujar Arya.
Bahkan diantara keempat poros juga bisa saling berkoalisi. Namun, menurut Arya, peluang Airlangga menjadi capres bakal tipis jika berkoalisi dengan Gerindra. Sebab, Gerindra juga masih ngotot untuk memajukan Prabowo Subianto.
Baca juga: Hasil FP2 MotoGP Doha 2021, Pembalap Ducati Jadi Penguasa Sesi Latihan Bebas Kedua
Hal yang menarik juga dilihat soal kemungkinan koalisi Gerindra dengan PDIP. Arya mengatakan peluang koalisi PDIP-Gerindra memang terbuka. Namun, jika koalisi gagal, PDIP masih bisa mengusung capres sendiri.
Di sisi lain, menurut Arya, Partai Golkar masih memiliki pekerjaan rumah untuk mendongkrak popularitas capresnya.
Sebab, dikarenakan belum menyatakan maju sebagai capres, sehingga nama Airlangga belum populer menjadi salah satu yang teratas dalam sejumlah lembaga survei.
Baca juga: Giliran Ormas MKGR Dukung Airlangga Hartarto Maju Sebagai Capres 2024
"Beliau punya tantangan dalam hal meningkatkan popularitas. Tapi calon-calon lain juga punya tantangan, misal yang populer tapi tidak punya koneksi, terbatas di level high politic. Tidak bisa mengakses tokoh-tokoh penting di partai atau tidak punya sokongan partai," ujar Arya.
Diakui Arya, Airlangga sudah terlihat membangun komunikasi dengan beberapa partai untuk menjajaki peluang koalisi.
Dalam beberapa waktu terakhir, Airlangga sudah bertemu dengan Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Terakhir, Airlangga juga bertemu Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa.(*)
Baca juga: Kosgoro 1957 Mendeklarasikan Airlangga Hartarto Sebagai Calon Presiden 2024