"Dan memberitahukan (pembuatan) bom dengan dana Rp 500 ribu," akunya.
Aljufri lantas mengungkapkan alasan merencanakan aksi pembuatan bom tersebut.
"Saya pernah menyampaikan kepada DPD Jawa Timur, yaitu Habib Ali, tentang perencanaan melakukan aksi ini untuk wilayah lain."
"Sebagai wujud pembelaan terhadap kezaliman pemerintah terhadap ulama," ucapnya.
Tiga Indikator Orang Terpapar Radikalisme
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid membeberkan tiga indikator orang-orang yang terjangkit radikalisme terorisme.
Indikator pertama, kata Ahmad, mereka ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi agama menurut versi mereka.
Selain itu, lanjut dia, mereka juga ingin mengganti sistem pemerintahan dengan segala cara.
Hal itu, kata Ahmad, karena radikalisme sejatinya merupakan paham yang menginginkan tatanan sosial politik yang sudah mapan, dengan cara-cara ekstrem atau kekerasan.
Indikator kedua, kata dia, mereka takfiri yang berciri intoleran, cenderung anti budaya kearifan lokal, senang melabel kelompok di luar mereka sesat dan kafir.
Hal tersebut ia sampaikan ketika berbincang dengan Tribun Network, Kamis (1/4/2021).
"Kemudian yang ketiga, kecenderungan mereka lemah di bidang akhlak, perilaku, budi pekerti."
"Mereka lebih menonjol pada hal-hal yang sifatnya ritual keagamaan, identitas keagamaan, tampilan luar keagamaan."
"Jadi ritual formal keagamaan tapi lemah spiritual keagamaan," beber Ahmad.
Untuk itu, kata Ahmad, radikalisme terorisme mengatasnamakan agama adalah cermin dari krisis spritual dalam beragama.