SERAMBINEWS.COM, WINA - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Iran memulai pembicaraan tentang kelanjutan kesepakatan nuklir 2015 di Wina, Austria, Senin (19/4/2021).
IAEA ingin mendapatkan penjelasan dari Teheran tentang asal-usul jejak uranium yang ditemukan di lokasi yang tidak diumumkan di Iran.
Termasuk pengayaan uranium yang sudah mencapai 60 persen, sehingga akan menuju 90 persen untuk mendapatkan senjata berhulu ledak nuklir.
Dilansit AFP, Hal itu menjadi masalah yang dapat mempengaruhi upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015.
Kesepakatan untuk mengadakan pembicaraan membantu membujuk kekuatan Eropa.
Untuk menunda mencari resolusi yang mengkritik Iran pada pertemuan Dewan Gubernur 35 negara Badan Energi Atom Internasional bulan lalu.
Baca juga: Iran Minta Bantuan Interpol, Tangkap Pelaku Serangan Sabotase Situs Nuklir Natanz
Juga untuk menghindari eskalasi antara Iran dan Barat yang dapat mengganggu upaya untuk membawa Washington dan Teheran kembali ke kepatuhan penuh dengan kesepakatan 2015.
Di mana Iran setuju menghentikan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.
Kegagalan kemajuan dalam menjelaskan jejak uranium IAEA dengan Teheran akan membuat Prancis, Inggris dan Jerman mendorong resolusi bersama AS pada pertemuan Dewan IAEA berikutnya pada Juni 2021.
"IAEA dan Iran mulai hari ini untuk terlibat dalam proses terfokus yang bertujuan untuk mengklarifikasi masalah perlindungan yang luar biasa," kata IAEA.
Dia menambahkan pertemuan itu dilakukan pada tingkat ahli.
Kesepakatan nuklir Iran secara efektif menarik garis di bawah apa yang menurut IAEA dan badan-badan intelijen AS sebagai rahasia.
Program senjata nuklir terkoordinasi yang dihentikan Iran pada tahun 2003.
Iran menyangkal pernah mencari senjata nuklir.
Baca juga: Arab Saudi Bantah Lakukan Pertemuan Langsung dengan Iran, Hubungan Diplomatik Sudah Putus 4 Tahun
Namun, dalam dua tahun terakhir, inspektur IAEA telah menemukan jejak uranium yang diproses di tiga situs.