Laporan Idris Ismail | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Ribuan nelayan di Pidie Jaya (Pijay) selama tiga pekan terakhir membatalkan aktivitas melaut akibat dampak dari cuaca buruk berupa badai angin kencang atau ombak besar.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) bersama Panglima Laot Lhok, Kecamatan Panteraja, Pijay, Yusri Yusuf (64) kepada Serambinews.com, Kamis (5/8/2021) mengatakan, secara umum selama satu bulan para nelayan memilih untuk tidak melaut dikarenakan cuaca buruk yang mendera perairan Selat Malaka.
"Jika dihitung, sudah tidak pekan nelayan tidak melaut akibat cuaca ekstrem atau buruk dengan badai angin disertai ombak besar sehingga memberikan sangat rawan bagi keselamatan jiwa serta peralatan tangkapan," sebut Yusri Yusuf.
Ekses ratusan nelayan tidak melaut selama ini juga telah memengaruhi terhadap transaksi harga Ikan. Apalagi pasokan Ikan yang minim dan malah kosong sama sekali menyebabkan harga menjadi melambung.
Sepertihalnya, harga Ikan tingkol dari Rp 12.000/Kg kini menjadi Rp 17.000/Kg. Demikian juga halnya harga Ikan dencis dari 25.000/Kg kini menjadi 35.000/Kg. Sementara harga Ikan teri basah dari Rp 25.000/Kg kini menjadi Rp 38.000/Kg.
"Malah harga Ikan teri kering saat ini telah mencapai harga puncak Rp 150.000/Kg," jelasnya.
Baca juga: Gara-gara Pakai Bikini di Jalanan, Dinar Candy Ditangkap Polisi dan Resmi Jadi Tersangka Pornografi
Baca juga: Puluhan Tamu Bergelimpangan dan Tewas Disambar Petir, Pesta Pernikahan Jadi Arena Kematian Massal
Baca juga: Motif Perkelahian Dua Kelompok Gadis di Tanah Merah Depok, Sempat Saling Tantang di Media Sosial
Ditambahkan, dalam kondisi cuaca ekstrem musim barat ini diperkirakan terus berlanjut hingga dua atau tiga bulan kedepan.
Karenanya kondisi ini akan terus memicu mahalnya harga Ikan disebabkan minim atau kosongnya pasokan dari hasil tangkapan nelayan lokal.(*)