Laporan Idris Ismail | Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Ribuan warga Kemukiman Kale,Kecamatan Muara Tiga,Kabupaten Pidie, menggelar tradisi kenduri blang yang dipusatkan di areal pinggiran bukit Blang Biheu, Gampong Meunasah Papeun, Kamis (2/9/2021).
Kenduri Blang merupakan tradisi tahunan masyarakat di pedalaman Kecamatan paling barat di Pidie itu yang kini terus dipertahankan sebagai ritual tanda syukur atas keberkahan rezeki pada sektor pertanian sebelum memasuki masa panen padi dilakukan persisnya satu bulan sebelumnya.
"Jadi tradisi Kenduri Blang serta doa bersama ini dilakukan sebagai bentuk sempena wujud tanda syukur nikmat atas karunia rezeki yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT," sebut Amiruddin MK selaku warga Gampong Batee, Kecamatan Muara Tiga, Pidie kepada Serambinews.com, Jumat (3/9/2021).
Dalam Kenduri Blang tersebut turut melibatkan ribuan warga dari empat gampong yaitu, Gampong Biheu, Tuha Biheu, Meunasah Batee, dan Papeun. Mereka selama puluhan tahun menggarap areal perswahan produktif 200 Hektare lebih di hamparan persawahan Blang Leumpak dan Blang Geundrieng.
Saat kenduri tiba, warga secara patungan menyumbang untuk membeli ternak Kerbau hingga tujuh ekor untuk disembelih dan selanjutnya dibagikan dan dimasak oleh ratusan masing-masing kepala keluarga (KK) secara bersama-sama.
Baca juga: VIDEO Rumah Janda di Bireuen Ludes Dilahap Si Jago Merah, Gelang Emas Ditemukan Warga
Baca juga: VIDEO KKB Serang Posramil Kisor Papua Barat, 4 Anggota TNI Gugur, 1 Lainnya Hilang
Baca juga: Link Live Streaming Persikabo vs Madura United, Sore Ini Pukul 15.15 WIB di OChannel & Vidio.com
Warga menyantap kenduri ini setelah tokoh masyarakat serta segenap warga yang hadir melakukan doa bersama.
"Ini dilakukan secara turun temurun sejak era masa kesultanan Aceh tempo dulu," jelasnya.
Uniknya dalam persiapan Kendari Blang ini sangat sederhana, para ibu cukup membawa bumbu masakan dari kediamannya masing-masing bersamaan dengan nasi yang telah dimasak, air mineral, dauan pisang yang telah di layu untuk bungkusan serta layu bakar seadanya sekaligus panci memasak.
"Tradisi ini terus berlanjut dan dipertahankan warga dalam membentuk rasa syukur atas nikmat yang diperoleh selama ini serta memperkuat silaturahmi sesama warga lewat kekompakan dan soliditas bersama," ungkapnya.(*)