Taliban Berkuasa

Taliban Bubarkan Demontrasi Kaum Perempuan Afghanistan dengan Gas Air Mata dan Semprotan Merica

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan wanita melakukan demonstasi di Kota Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021), menuntut hak bekerja dan sekolah ke Taliban.

SERAMBINEWS.COM - Gelombang protes kaum perempuan Afghanistan terhadap kebijakan Taliban yang membatasi hak-hak mereka terus terjadi.

Namun gelombang protes itu tidak mendapat sambutan positif dari Taliban yang pada 15 Agustus lalu telah mengambilalih tampuk kekuasaan setelah ibukota Afghanistan jatuh ke tangan kelompok militan tersebut.

Kaum perempuan yang turun ke jalan pada Sabtu (4/9/2021) waktu setempat seperti dilansir BBC News Indonesia tidak dapat melancarkan protesnya dengan leluasa di ruang publik.

Kaum perempuan Afghanistan yang turun ke jalan menuntut hak-haknya justru dibubarkan beberapa anggota militan di bawah kawalan pasukan khusus Taliban.

Penerbangan Domestik Berangsur Pulih Setelah Taliban Kuasai Afghanistan, Bandara Kabul Mulai Dibuka

Demonstrasi yang dilakukan puluhan perempuan di Kabul itu dibubarkan dengan gas air mata dan semprotan merica, saat massa protes mencoba berjalan dari jembatan ke istana kepresidenan.

Namun Taliban kemudian mengatakan protes itu di luar kendali, menurut media Afghanistan, Tolo News.

Ini adalah protes terbaru dari beberapa demonstrasi lain yang dilakukan perempuan di Kabul dan Herat.

Para perempuan menyerukan hak untuk bekerja dan dimasukkan ke dalam struktur pemerintahan.

Taliban mengatakan akan mengumumkan susunan pemerintahan dalam beberapa hari mendatang.

Sebelumnya, Taliban mengatakan perempuan dapat terlibat dalam pemerintahan, namun tidak sebagai menteri.

Banyak perempuan takut kembali diperlakukan seperti ketika Taliban sebelumnya berkuasa, pada 1996-2001.

Saat itu, perempuan harus menutup wajah mereka di luar rumah, dan hukuman keras dijatuhkan untuk pelanggaran-pelanggaran kecil.

Jurnalis dan Pegiat HAM di Afghanistan di Bawah Ancaman Taliban, PBB Serukan Perlindungan Mendesak

"Dua puluh lima tahun yang lalu, ketika Taliban datang, mereka mencegah saya pergi ke sekolah," kata jurnalis Azita Nazimi kepada Tolo.

Demonstran lain, Soraya, mengatakan kepada Reuters, "Mereka juga memukul kepala perempuan dengan magazin senjata, sampai kepala perempuan itu berdarah."

Sementara itu, bentrokan berlanjut di Lembah Panjshir, sebelah utara Kabul, di mana para milisi anti-Taliban berusaha menggagalkan upaya Taliban untuk merebut kontrol.

Halaman
12

Berita Terkini