Berita Jakarta

Taman Iskandar Muda Ziarahi Makam Sultan Aceh di Jakarta Timur dalam Rangka Pemugaran Makam

Penulis: Fikar W Eda
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga Besar Taman Iskandar Muda (TIM) yang dipimpin Ketua Umum PP TIM, Dr. Surya Darma bersama warga Aceh Jakarta, berikut  keluarga besar  cucu dan buyut dari Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, melakukan ziarah ke makam Sultan Aceh terakhir, Minggu (12/9/2021) di Taman Pemakaman Umum Kemiri, Rawamangun di Jakarta Timur

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Keluarga Besar Taman Iskandar Muda (TIM) yang dipimpin Ketua Umum PP TIM, Dr. Surya Darma bersama warga Aceh Jakarta, berikut  keluarga besar  cucu dan buyut dari Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, melakukan ziarah ke makam Sultan Aceh terakhir, Minggu (12/9/2021) di Taman Pemakaman Umum Kemiri, Rawamangun di Jakarta Timur.

 Ziarah ini dilakukan sekaligus untuk berdoa kepada Allah SWT semoga almarhum beserta keluarga dan para kerabat yang mendampinginya yang dimakamkan di pemakaman Kemiri Jakarta pada zaman penjajahan Belanda mendapat ampunan dan tempat yang mulia.

Doa juga dalam rangka pemugaran makam Sultan yang akan dimulai pekan depan dan diharapkan selesai sebelum akhir 2021.

Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah yang lahir pada 1871, merupakan tokoh kunci di Indonesia yang berhasil mempertahankan wilayah dari kesultanan Aceh yang menolak menandatangani dan tanpa pernah menyerahkannya kepada Belanda.

Alaiddin Muhammad Daud Syah terus berjuang dengan caranya sampai detik-detik menghembuskan nafas terakhir walaupun dia telah diasingkan ke Batavia oleh Belanda.

Baca juga: Makam Sultan Aceh di Jakarta Dipugar, Anggota DPR RI Apresiasi Gubernur Anies Baswedan

“Sultan Alaiddin sudah selayaknya diberikan penghargaan oleh pemerintah atas jasa-jasanya itu. Namun sampai saat ini, upaya TIM bersama masyarakat Aceh yang berjuang untuk menjadikan almarhum sebagai pahlawan nasional belum berhasil,” kata Surya Darma.

TIM bahkan sudah pernah membentuk panitia melakukan persiapan pengusulan Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah menjadi pahlawan nasional sejak tahun 2003.

Untuk keperluan itu, TIM bahkan sudah melakukan persiapan pemugaran makam atas dukungan dan bantuan Pemerintah Aceh dan Pemda DKI Jakarta.

Kemudian juga menyelenggarakan sebuah seminar pada tahun 2007 bersama Pemerintah Aceh untuk mendukung proses pengusulan almarhum menjadi pahlawan nasional.

Baca juga: HMI Lhokseumawe - Aceh Utara Apresiasi Anies Baswedan, Atas Rencananya Pugar Makam Sultan Aceh

“Namun upaya itu belum membuahkan hasil. Pemugaran makam juga belum bisa dilakukan karena belum berhasil berkoordinasi dengan ahli waris keluarga almarhum Sultan Aceh.

Akan tetapi pada tahun ini menjelang peringatan hari pahlawan November 2021, upaya ini kembali muncul dengan adanya bantuan Pemerintah DKI Jakarta yang akan membantu memugar komplek makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah beserta kaum kerabatnya di Pemakaman Kemiri Rawamangun akan dilaksanakan,” kata Surya Darma.

Ia menambahkan pemugaran makam almarhum bersama kerabat, pengawal dan permaisurinya yang berada di Kemiri Rawamangun, tersebar pada tiga kelompok, masing-masing terdiri dari kelompok Sultan Muhammad Daud Syah dengan pengawal, kemudian kelompok keluarga dan kerabat serta kelompok ketiga yang ditempati oleh permaisurinya.

Menurut Surya Darma, TIM sudah menyampaikan usulan pemugaran makam ini kepada Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 2018 dan mendapat tanggapan yang sangat positif. Gubernur Anies yang baru tahu dari TIM bahwa ada makam Sultan di pemakaman umum Kemiri, merasa perlu memberikan perhatian pada pejuang yang telah mempertaruhkan harta dan jiwanya untuk bangsa ini.

Baca juga: 4 Wanita Muda Ditangkap di Meulaboh, Sering Dibooking Pekerja Luar Aceh, Para Pria Lari dari Kamar

“Sudah sepatutnya kita beri penghargaan walaupun hanya berupa makam yang diberi tempat yang layak dan karena itu, makamnya perlu dipugar untuk bisa menjadi peringatan bagi kita dan generasi penerus,” kata Gubernur Anies seperti ditirukan Surya Darma.

Bagi TIM dan masyarakat Aceh sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gubernur DKI yang sudah bersedia akan memugar makam Sultan Aceh tersebut.

“Alhamdulillah. Karena itu warga Aceh di Jakarta pada saat berziarah juga memanjatkan doa baik kepada almarhum dan almarhumah, juga berdoa semoga usaha pemugaran ini berjalan dengan baik dan lancar,” kata Surya Darma.

Pihak keluarga Sultan yang juga hadir mengatur acara doa ini diwakili oleh Tengku Dian Anggraeni, salah satu keturunan langsung dari Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah yang berada di Jakarta.

Baca juga: Gubernur Anies Baswedan akan Pugar Makam Sultan Aceh Muhammad Daud Sjah, Begini Sejarah Almarhum

Sedangkan cucu dan keturunan lainnya juga ada yang berada di Aceh dan Mataram, NTB. Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah dinobatkan sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada Kamis, 26 Desember 1878 M, pada usia 7 tahun, menggantikan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874) dua tahun sebelum Belanda menginvasi Aceh pada 26 Maret 1873 M.

Muhammad Daud Syah menjadi Sultan terakhir dan berkuasa di Kerajaan Aceh Darussalam ini berkuasa sejak 1874-1923, selama sekitar 45 tahun.  Kolonial Belanda kala itu, membuang Sultan Muhammad Daud Syah ke Pulau Jawa pada 24 Desember 1907.

Bagi kita warga Aceh, perjuangan beliau menjadi penting untuk terus dibangkitkan sebagai semangat patriotisme mengenang masa kejayaan kerajaan Aceh dengan kepemimpinan Sultan Muhammad Daud Syah yang berperan penting dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca juga: Persiraja Diguyur Bonus Rp 40 Juta, Presiden Klub Apresiasi Perjuangan Skuad Lantak Laju

 Muhammad Daud Syah dengan gelar Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah adalah raja Aceh ke 31 dan terakhir sampai lahirnya Indonesia yang merdeka. Sultan adalah putra dari Tuanku Zainal Abidin bin Sultan Alaiddin Ibrahim Mansur Syah sebagaimana juga tertulis pada batu nisan makamnya.

Ibunya Sultan bernama Nyak Bulukeh. Pada masa kekuasaan Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, muncul banyak pejuang yang melawan Belanda seperti, Teuku Umar, Teungku Chik Di Tiro, Muhammad Saman, Teungku Mat Amin, Tengku Beb, Teuku Nyak Makam, Cut Nyak Dhien dan lan-lain.

Pada masa kekuasaan Sultan Muhammad Daud Syah, pemerintahan kerajaan sempat pindah dari Banda Aceh ke Keumala dan kemudian ke Peusangan dan melakukan pertempuran di bukit-bukit di hulu Peusangan, Bukit Keureuto dan Geudong.

Bahkan Sultan pernah juga memimpin dari Gayo dan daerah Gayo dijadikan sebagai daerah pertahanan kerajaan Aceh yang dibantu oleh Reje Linge, Reje Bukit dan Syiah Utama di daerah Danau Laut Tawar.

Baca juga: Pantas Pelanggan Ketagihan Makan Mi di Sini, Ternyata Ada Campuran Ini, Wah Bisa Bahaya Kesehatan

Sultan akhirnya berhasil dilumpuhkan setelah pada Agustus 1907 diasingkan ke Batavia, walaupun tidak pernah menyerahkan kerajaan Aceh Darussalam yang meliputi sebagai besar Sumatera hingga ke semenanjung Malaysia.

Aceh kala itu masuk dalam kelompok lima besar kerajaan islam terkuat di dunia selain Kesultanan Ottoman Turki Utsmani, Kesultanan Safawiyah di Persia, dan Kesultanan Moghul di India.

Sultan kemudian juga diasingkan ke Ambon sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Batavia dan meninggal dunia pada 6 Februari 1939.(*)

Baca juga: Ini Para Juara Muazin di Masjid Agung Al Falah Kota Sigli Pidie

Berita Terkini