Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Lima mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) dari lintas fakultas yang berbeda mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kelima mahasiswa ini merakit dan menciptakan sebuah alat detektor untuk menentukan suara napas yaitu mengi atau wheezing yang sangat sering ditemukan pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan Asma yang terintegrasi secara real-time dengan gadget.
Tim PKM-KC USK ini diketuai oleh Khalilullah dari Fakultas Kedokteran. Anggota kelompok ini terdiri atas Delia Putri Sanur dan Adinda Zahra Ayufi Ramadhani dari Fakultas Kedokteran, Muhammad Yusuf Kardawi dari Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro dan Komputer serta Fawzi Linggo dari Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Melonjak Naik, Berikut Daftar Lengkap Harga Emas Per Gram, Selasa (21/9/2021)
Pembuatan alat detektor ini dibimbing oleh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yaitu Dr dr Budi Yanti SpP (K).
Ketua Tim PKM-KC USK, Khalilullah kepada Serambinews.com, Selasa (21/9/2021) mengatakan perakitan alat detektor ini diprakarsai karena fakta di lapangan masih banyak ditemukan adanya perbedaan persepsi di kalangan tenaga kesehatan.
Khususnya dalam menentukan suara wheezing dengan pasti pada pasien dengan kelainan obstruksi saluran napas seperti Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan Asma hanya dengan menggunakan stetoskop biasa.
Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan dalam menemukan wheezing pada pasien PPOK dan Asma.
Baca juga: USK Kembali Kukuhkan Lima Profesor, Terbanyak dari Fakultas Teknik
"Peranan kecerdasan buatan dalam dunia kedokteran memiliki potensi pengembangan dan peningkatan dalam deteksi dini penyakit, penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit saluran napas di masa yang akan datang," ujarnya.
Salah satu keuntungan dari detektor ini yang dapat diterapkan dalam bidang pulmonologi adalah mampu menentukan suara wheezing dengan pasti berdasarkan pada frekuensi tertentu.
Alat detektor ini memungkinkan pasien dengan dokter terhubung tanpa adanya kontak fisik karena alat kami telah menerapkan sistem Internet of Things.
Alat ini dibangun menggunakan Algoritma Convolutional Neural Network (CNN). Hasil perekeman suara akan diproses sebelum dilakukan deteksi.
Baca juga: Polres Langsa Tangkap 5 Agen Chip Higgs Domino, Sita Uang Rp 6,9 Juta dan Chip 31 B
Masih kata Khalilullah, detektor ini dirakit dengan perangkat yang ramah lingkungan dan terintergrasi dengan gadget secara real-time.
Dengan menggunakan MFCC (Mel Frequency Cepstral Coefficients), suara dinding dada pasien dikirimkan ke database sehingga dapat ditampilkan pada aplikasi yang telah selesai dirakit.
"Perancangan software aplikasi berbasis android menggunakan freamwork flutter yang dengan alat juga dengan databse sehingga aplikasi dapat mengambil hasil gambar MFCC yang terdeteksi," jelas Khalilullah.