Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Pada tahun pertama pandemi Covid-19, harga kopi di Bener Meriah sempat anjlok ke Rp 5.000- Rp 7.000 per bambu.
Hal itu karena buyer-buyer dari luar negeri tidak bisa mengakses ke Bener Meriah atau Aceh Tengah.
“Tahun kemarin kopi kita kalau di glondongan Rp 5.000- Rp 7.000 per bambu. Kemudian lambat laun Covid sudah mulai bersahabat dengan manusia, dan tahun ini harga kopi menjadi Rp 14.000 per bambu.
Kalau green bean-nya itu yang kita ekspor hampir Rp 75.000 per kilogram, sebelumnya hanya Rp 45.000 per kilogram,” sebut Plt Bupati Bener Meriah, Dailami saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Lambaro Km 4,5 Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (3/11/2021).
Baca juga: Istri Pura-Pura Lupa Ingatan, Curi Uang Suami Rp 8,6 Miliar, Terbongkar Setelah 20 Tahun
Kunjungan itu diterima langsung oleh Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Din, News Manager Serambi Indonesia, Bukhari M Ali, Manager Iklan, Hari Teguh Patria, Manajer EO dan Promosi, M Jafar, dan Manajer Sirkulasi, Saiful Bahry.
Ia menyampaikan untuk mengatasi pandemic Covid-19 pada awal-awal itu, pihaknya mengadakan resi gudang untuk menampung kopi dari para petani dengan harga 70 persen dari harga standar.
“Itu yang kita lakukan karena kopi ini sudah tidak ada harganya tahun kemarin, dan kemudian terlambat berangkatnya.
Maka kita adakan resi gudang, kemudian ada koperasi-koperasi di Bener Meriah dan kita lakukan kerja sama juga. Kita undang juga Menteri Koperasi untuk membiayai koperasi yang ada di Bener Meriah,” sebutnya.
Baca juga: Pertemuan Pemimpin Negara di KTT COP26, Kembangkan Ekonomi Hijau dan Kuatkan Iklim Investasi
Namun dikatakan Dailami, efek daripada Covid-19 ini sebenarnya untuk Bener Meriah secara ekonomi tidak begitu besar, karena disana selain kopi juga ada palawija, sayur mayur, kentang, kol, dan lainnya.
Ia juga menyampaikan terkait penambahan lahan secara massal, itu akan sulit dilakukan karena terbentur dengan hutan lindung. Di Bener Meriah 30 persen kopi masih berada di kawasan hutan lindung.
“Tapi sekarang yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian ada hutan adat, hutan sosial, yang tidak ada kayu-kayu besarnya bisa ditanam kopi. Itu untuk penambahan lahan dan itu diperkirakan per tahunnya bisa bertambah 200-300 hektar di semua wilayah,” sebutnya. (*)
Baca juga: VIDEO Bocah Iseng Check Out Belanja Online COD, Keluarga Syok Ada 34 Paket, Tagihan Rp 3 Jutaan