SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Pertarungan antara virus Corona varian Delta dan terbaru Omicron mulai terlihat di seluruh dunia.
Virus Omicron awalnya menyebar di negara Afrika bagian selatan dan muncul di puluhan negara.
Para ilmuwan mulai cemas menyaksikan pertempuran yang dapat menentukan masa depan pandemi.
Beberapa ilmuwan meneliti data dari Afrika Selatan dan Inggris, menyatakan Omicron bisa muncul sebagai pemenang, seperti dilansir AP, Selasa (7/12/2021).
“Ini masih awal, tetapi semakin banyak data mulai mengalir, menunjukkan Omicron akan mengalahkan Delta di banyak tempat,” kata Dr. Jacob Lemieux di Universitas Harvard.
Dia menyatakan telah memantau varian untuk kolaborasi penelitian yang dipimpin oleh tim dokter Harvard.
Tetapi yang lain mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan Omicron akan menyebar lebih cepat dibandingkan Delta.
"Amerika Serikat telah melihat lonjakan Delta dan apakah Omicron akan menggantikannya," kata Matthew Binnicker, Direktur Virologi Klinis di Mayo Clinic Rochester, Minnesota.
Baca juga: Oxford Nilai Pandemi Covid-19 Akan Lebih Mematikan, Omicron Bisa Jadi Ancaman Besar
"Saya pikir, kita akan tahu dalam waktu sekitar dua minggu lagi," ujarnya.
Banyak pertanyaan kritis tentang Omicron belum terjawab.
Seperti, virus Omicron dapat menyebabkan penyakit lebih ringan atau lebih parah.
Kemudian, seberapa besar kemungkinan virus itu menghindari kekebalan dari vaksin Covid-19 sebelumnya.
Mengenai masalah penyebaran, para ilmuwan menunjukkan bukti di Afrika Selatan, di mana Omicron pertama kali terdeteksi.
Kecepatan Omicron dalam menginfeksi orang telah mendominasi di Afrika Selatan.
Sehingga, membuat para ahli kesehatan khawatir, negara itu sedang memulai gelombang baru yang mungkin akan membanjiri rumah sakit.
Varian baru dengan cepat memindahkan Afrika Selatan dari periode penularan rendah, rata-rata kurang dari 200 kasus baru per hari pada pertengahan November.
Tetapi, menjadi 16.000 kasus per hari selama akhir pekan ini.
Dimana Omicron menyumbang lebih dari 90 persen kasus baru di Provinsi Gauteng, pusat gelombang baru, menurut para ahli.
Varian baru ini dengan cepat menyebar dan mencapai dominasi di sembilan provinsi lainnya di Afrika Selatan.
“Virus ini menyebar luar biasa cepat dan sangat cepat,” kata Willem Hanekom, Direktur Institut Penelitian Kesehatan Afrika.
“Jika Anda melihat kemiringan gelombang yang kita hadapi saat ini, kemiringannya jauh lebih curam daripada tiga gelombang pertama yang dialami Afrika Selatan," tambahnya.
"Ini menunjukkan, menyebar dengan cepat, jadi akan menjadi virus yang sangat menular,” katanya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Varian Omicron di India Terus Meningkat, Pemerintah Serukan Vaksinasi Massal
Tetapi Hanekom, yang juga ketua bersama Konsorsium Penelitian varian Covid-19 Afrika Selatan, mengatakan kasus delta sangat rendah ketika Omicron muncul,
“Saya rasa kita tidak bisa mengatakan itu mengalahkan Delta," jelasnya.
Para ilmuwan mengatakan tidak jelas apakah Omicron akan berperilaku sama di negara lain seperti di Afrika Selatan.
Lemieux mengatakan sudah ada beberapa petunjuk tentang perilakunya, sepeti di Inggris Raya, yang melakukan banyak pengurutan genom, katanya.
"Kami melihat apa yang tampak sebagai sinyal peningkatan eksponensial Omicron di atas Delta," ujarnya.
"Di Amerika Serikat, seperti di seluruh dunia, masih ada banyak ketidakpastian," katanya.
“Tetapi ketika Anda menggabungkan data awal, Anda melihat gambaran yang konsisten muncul, Omicron sudah ada di sini," tambahnya.
"Berdasarkan apa yang kami amati di Afrika Selatan, kemungkinan akan menjadi dominan dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya.
"Kemungkinan akan menyebabkan lonjakan kasus virus Corona," tambahnya.
Hanekom mengatakan data awal dari Afrika Selatan menunjukkan tingkat infeksi ulang jauh lebih tinggi dengan Omicron daripada varian sebelumnya.
Hal itu menunjukkan virus Omicron dapat keluar dari kekebalan vaksin sebelumnya.
Dia menambahkan virus tampaknya menginfeksi orang yang lebih muda, kebanyakan yang tidak divaksinasi, dan sebagian besar kasus di rumah sakit relatif ringan.
Tetapi Binnicker mengatakan hal-hal dapat terjadi secara berbeda di bagian lain dunia atau pada kelompok pasien yang berbeda.
“Akan sangat menarik untuk melihat apa yang terjadi ketika lebih banyak infeksi pada orang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya,” katanya.
"Bagaimana hasil pada pasien itu?"tanyanya.
Saat dunia menunggu jawaban, para ilmuwan menyarankan orang melakukan semua yang mereka bisa untuk melindungi diri mereka sendiri.
Baca juga: Argentina Deteksi Kasus Pertama Omicron, Seorang Pria Pulang dari Afrika Selatan
“Kami ingin memastikan orang memiliki kekebalan sebanyak mungkin dari vaksinasi," jelas," Lemieux.
"Jadi, jika orang tidak divaksinasi, mereka harus divaksinasi,” harapnya.
"Jika orang memenuhi syarat untuk booster, mereka harus mendapatkan booster," jelasnya.
Kemudian melakukan semua hal lain yang efektif untuk mengurangi penularan.
Seperti tetap memakai masker dan jarak sosial serta menghindari pertemuan dalam ruangan yang besar, tutupnya.(*)