Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Provinsi Aceh saat ini sedang memasuki musim hujan ekuatorial.
Di mana ketika matahari berada di garis ekuator, maka Aceh akan berdampak.
Sebab provinsi ini dikelilingi oleh Samudera Hindia, dan sebelah utara juga dikelilingi oleh Selat Malaka.
“Artinya ketika matahari berada di pinggir Aceh, baik itu sebelah selatan Aceh atau sebelah utara Aceh, maka matahari akan memanaskan air laut,” kata Zakaria Ahmad.
“Ketika matahari berada di utara Aceh, maka yang jadi pemanasan adalah Selat Malaka sehingga terjadi penguapan dapat mengakibatkan tumbuhnya awan-awan hujan, bisa terjadi kilat, petir hingga puting beliung,” terang Koordinator Data dan Informasi BMKG Bandara SIM Blangbintang, Zakaria Ahmad kepada Serambinews.com, Kamis (7/4/2022).
Ia melanjutkan, kondisi cuaca seperti ini akan berlangsung hingga akhir April atau awal Mei 2022.
Baca juga: Cuaca Hujan Masih Payungi Sebagian Aceh Hingga Hari Kelima Ramadhan 1443 H, Begini Prediksi BMKG
Provinsi Aceh sejak Februari 2022, sudah memasuki musim kemarau, namun kemarau basah.
Artinya meskipun kemarau, tetap ada hujan.
Walaupun juga ada timbul titik-titik panas yang menandakan bahwa sudah memasuki musim kemarau.
Namun, ketika dilihat ada hujan, maka disebut kemarau basah.
Pada musim hujan ekuatorial ini, uangkap Zakaria, yang perlu diwaspadai kemungkinan terjadi banjir, dan tanah longsor untuk daerah-daerah pegunungan.
Selain itu, diperkirakan juga 2-3 hari ke depan, Aceh masih berpotensi terjadinya hujan karena adanya pertemuan angin atau konvergen.
Baca juga: BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Utara Sabang, Bagaimana dengan Pelayaran Balohan - Ulee Lheue?
“Pergerakan angin melambat dan uap air yang dibawa akan berkumpul di atas wilayah Aceh,” ujarnya.
Sementara untuk gelombang laut, tidak terlalu tinggi namun sudah tergolong menanjak ke tinggi untuk beberapa lokasi.