Opini

Puasa yang Dirindukan Allah

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Lukman Hakim A Wahab MAg Dosen Teologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Oleh Dr Lukman Hakim A Wahab MAg,  Dosen Teologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

DALAM sebuah hadis diceritakan bahwa menjelang datangnya bulan Ramadhan Rasulullah sering mengungkapkan kerinduannya dengan menyebut, “Marhabab ya Muthahhir” yang artinya “selamat datang wahai bulan yang membersihkan”.

Mendengar ucapan demikian para sahabat bertanya “membersihkan dari apa wahai Rasulullah? “kemudian Rasulullah bersabda “Ramadhan membersihkan kita dari dosa dan kemaksiatan.

Allah mempersembahkan Ramadhan sebagai bulan pembersihan dosa bagi hamba-Nya yang kukuh dalam keimanan.

Persembahan istimewa ini merupakan cerminan dari sifat Allah yang maha Latief (lembut), Rahim (kasih sayang) dan Ghafur (pengampun).

Kedatangan bulan Ramadhan adalah momentum untuk penghapusan dosa yang harus dimanfaatkan secara optimal.

Dalam sebuah hadist dari Abi Hurairah radhiyallahu berkata bahwa Rasulllullah saw bersabda ”Alangkah sayang seseorang yang telah dilewati Ramadhan kemudian berlalu tanpa sempat diampuni dosanya” ( HR.Tarmizi).

Mukmin yang sadar tentang keutamaan Ramadhan akan selalu merindukan kedatangannya, mendoakan umurnya dipertemukan dengan bulan mulia ini untuk menjadi wahana pembersihan diri dari dosa.

Mungkin pertanyaannya adalah puasa yang bagaimana yang dapat menghapuskan dosa dan puasa yang bagaimana yang dirindukan oleh Allah Swt? Sebab ditemukan juga dalam penuturan hadist tentang puasa-puasa yang tidak diharapkan Allah dan yang melaksanakannya hanya mendapatkan haus dan dahaga.

Baca juga: Ramadhan dan Kesadaran akan Pengawasan

Baca juga: Cukup 1 Sendok Makan, Minum Ini Saat Sahur Bisa Sehat & Kuat Selama Puasa Ramadhan Kata Zaidul Akbar

Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga (HR.Al-Thabrany).

Puasa yang dirindukan Tulisan ini mengetengahkan dua karakteristik puasa yang dirindukan oleh Allah swt: Pertama, Puasa yang mempresentasi kecintaan dan keimanan rabbaniyah.

Puasa Ramadhan merupakan cerminan puncak keimanan dan manusia kepada Allah.

Oleh karenanya puasa dipandang sebagai sebuah ibadah yang berbeda dengan ibadah yang lain.

Ibadah puasa adalah ibadah batin yang tersembunyi jauh dari perilaku riya yang dapat diinderawi oleh orang lain.

Puasa adalah ibadah khas pembuktian keimanan dan kecintaan sejati antara makhluk dan sang khalik.

Hakikat inilah yang tersarikan dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya” Semua amal Bani Adam untuknya, kecuali puasa, ia untuk- Ku dan Aku yang akan memberi ganjarannya” (HR.Bukhari Muslim).

Penisbahan puasa kepada Allah dalam hadits di atas adalah penisbahan dari sisi makna kemuliaan (tasyrif), dalam arti sedemikian mulia dari segi keikhlasan, sehingga janji Allah sendiri yang menentukan kadar ganjarannya yang tak terkira.

Hanya Allah yang tau seberapa besar balasan pahala orang berpuasa dan ini tentunya berbeda dengan ibadah yang lain.

Sebagaimana yang dinukilkan dalam sebuah hadits qudsi “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

Allah berfirman, (yang artinya) kecuali amalan puasa, amalan puasa tersebut adalah untuk- Ku.

Aku sendiri yang akan membalasnya.

Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku (HR.Muslim).

Tentang pentingnya standar keikhlasan dalam puasa Ramadhan ini juga diperkuat dalam hadist Rasulullah lainnya yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan yang didorong oleh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosanya yang terdahulu, Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan keimanan dan keikhlasan telah diampuni dosanya yang telah lalu” (HR.Bukhari Muslim).

Dari sini dapat dipahami bahwa inti dari amalan puasa Ramadhan tentang makna terdalam dari sebuah ibadah yang dilandasi keimanan dan keikhlasan.

Puasa mengajarkan manusia tentang kecintaan kepada ridha Allah bukan untuk hal-hal yang berhubungan dengan pandangan manusia lainnya.

Melalui ibadah puasa Allah mengajarkan bahwa amalan yang paling dirindukan dari hamba adalah amalan yang muncul dari sikap batin bukan amalan yang demonstratif.

Kedua, Puasa yang mempresentasikan kesadaran dan kepekaan Insaniyah.

Puasa mengajarkan kita tentang kepekaan sesama.

Bagian dari sisi makna menahan diri dari makan dan minum adalah untuk memunculkan sebuah perasaan kepekaan terhadap kondisi sosial.

Kesadaran bahwa di sekeliling kita adanya banyak fakir miskin yang selalu menjalani hari-harinya dengan kelaparan karena ketidakcukupan makanan.

Kelanjutan dari kesadaran ini kemudian kita menemukan banyak amalan yang dianjurkan tentang perlunya kesalehan sosial seperti bersedekah, menyantuni fakir miskin, berbagi makanan dan lain-lain.

Bahkan diriwayatkan bahwa mukimin yang memiliki kesadaran filantropi dalam bulan Ramadhan ini menjadi sosok yang dirindukan oleh surganya Allah; pemberi makanan orang yang lapar, orang yang berpuasa dan orang yang selalu menjaga lisan.

Allah merindukan puasa dari hambanya yang memiliki kepedulian bersama dan menjaga lisan dari menyakiti.

Sebaliknya Allah tidak menginginkan amalan puasa hamba yang abai menjaga lisan dan perbuatan keji.

Hal ini sebagaimana yang dinukilkan dalam sebuah hadist “Barang siapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan perkataan kotor dan mengamalkannya.

Maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan dahaga yang dia tahan ( HR.Bukhari).

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Huraira bahwa Rasulullah bersabda “Puasa bukan sekedar menahan makan dan minum saja, akan tetapi puasa adalah menahan diri dari perkataan lagw (sia-sia) dan rafats (jorok).

Apabila ada orang yang mencelamu atau berbuat usil kepadamu, katakana kepadanya aku sedang puasa, aku sedang puasa!” (HR.Ibnu Majah dan Hakim).

Semoga kita dapat mengoptimalkan amalan yang penuh dengan pengampunan ini.

Kita menyadari bahwa jiwa dan raga kita dipenuhi noda dan dosa.

Allah mempersembahkan Ramadhan bentuk kasih sayang-Nya bagi hamba-hamba yang merindukan keampunan.

Semoga puasa kita Ramadhan ini termasuk puasa yang dirindukan Allah.

Amin ya Rabb al alamin!

Baca juga: Asyiknya Berbuka Puasa di Aceh Festival Ramadhan, Ada Atraksi Memasak Makanan Tradisional Lho

Baca juga: Mana yang Harus Didahulukan, Meneguk Segelas Air atau Membaca Doa Buka Puasa? Ini Kata Abu Mudi

Berita Terkini