Opini

Menyingkap Makna Idul Fitri

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Lukman Hakim A Wahab MAg Dosen Teologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

Islam tidak mengasosiasikan hari raya sebagai waktu seremoni yang penuh hiruk pikuk, eforia dan glamor.

Hakikat Idul Fitri Tulisan ini ingin mengetengahkan kembali makna dari Idul Fitri dan bagaimana Islam menuturkan cara berhari raya yang Islami.

Idul Fitri merupakan hari raya keagamaan yang resmi dalam Islam selain Idul Adha.

Sementara peringatan lainnya lebih kepada hasil budaya yang tidak secara resmi diatur dalam agama.

Karenanya patut kita menyingkap tentang makna terdalam dari Idul Fitri ini sebagai hari raya umat Islam yang utama.

Dari aspek kebahasaan Idul Fitri adalah gabungan kata bahasa Arab; ‘Id yang terambil dari kata ‘ada-ya’udu yang berarti kembali.

Kembali di sini berarti sesuatu yang berada dalam posisi tertentu lalu meninggalkannya dan kemudian kembali ke posisi tersebut.

Selain makna tersebut penutur Bahasa Arab menggunakan kata ‘Id berhimpun sejumlah manusia untuk merayakan sesuatu.

Sementara kata Fithr dalam konteks Idul Fitri memiliki beberapa arti seperti makan pagi, suci, agama yang benar, asal penciptaan.

Makanya dalam bahasa Arab makan pagi disebut futhur, dalam kaitan ini penisbahan ini karena pada hari Idul Fitri umat Islam kembali dapat menikmati sarapan pagi.

Namun, tentunya memahami hari raya dalam makna makan- makan ini tidak jauh lebih bermakna dibandingkan menangkap makna spiritual yang lain seperti kesucian dan kondisi awal penciptaan manusia.

Fitrah atau kesucian merupakan rancangan Allah tentang tentang eksistensi manusia.

Dengan fitrahnya manusia memiliki kecenderungan memihak kepada kebaikan dan kebenaran.

Manusia memiliki fitrah tidak nyaman dengan dosa dan kemaksiatan.

Sebagaimana yang dinukilkan dalam sebuah hadits Rasulllah: “Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang.

Halaman
1234

Berita Terkini