Dengan proses pembelajaran yang dilakukan dan dibarengi dengan kebersihan hari para dosen dan mahasantri, insya Allah ilmu dari Allah akan mudah untuk diserap.
“Inovasi bathiniyah dimulai dengan meluruskan niat dalam menuntut ilmu, karena niat adalah ruhnya segala bentuk ibadah, termasuk di dalamnya ibadah ta’allum,” katanya.
Menuntut ilmu, kata Tgk Taufiq, mesti diniatkan untuk mencari ridha Allah, melestari ilmu agama, dan menghidupkan Islam.
“Jangan sampai motovasi awal dari menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan pujian dari manusia dan mendapatkan keuntungan duniawi yang sangat rendah dan hina, “ ujarnya mengutip Syaikh Az-Zarnuji.
Baca juga: Santri Pulo Ie 1 Kluet Utara Gelar Lomba Islami dan Kajian Tastafi
Tgk Taufiq yang juga dosen Ma’had Aly Babussalam ini menyebut, untuk mendapatkan ilmu mesti malalui proses belajar.
Untuk mendapatkan pemahaman mesti melalui proses tafakkuh.
Memang ada ilmu ghairu muktasab (tidak perlu belajar) yaitu ilmu melalui wahyu yang diberikan kepada para anbiya dan ilmu melalui ilham dan kasyaf yang diberikan kepada para aulia.
Akan tetapi, kata Tgk Taufiq, khususnya nadirah, lumrahnya untuk mendapatkan pengetahuan itu harus melalui proses belajar.
Di sisi lain, Prof Dr Fauzi Saleh yang merupakar pakar Tafsir ini dalam ulasannya menyampaikan bahwa Ma’had Aly Babussalam harus terus memperbanyak referensi-referensi klasik dalam proses pembelajarannya.
Lebih dari itu, kata dia, Ma’had Aly Babussalam juga dapat melakukan inovasi dalam pembelajarannya seperti kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Ijmali dan kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Tahlili.
Kemudian, Tgk Ibnu Hajar yang tulisan-tulisan jurnalnya telah dimuat di Jurnal Bereputasi Internasional dalam dan luar negeri menyampaikan, bagaimana kiat menulis karya ilmiah untuk dimuat di jurnal-jurnal bereputasi internasional.
Baca juga: 120 Santri Dayah Darul Quran Aceh Ikut Program Mukhayyam Ramadhan
Ia juga menyampaikan kiat-kiat agar para mahasantri dan dosen dapat terus memperoleh inspirasi untuk menulis karya ilmiah.
Teuku Zulkhairi mengatakan, Ma’had Aly Babussalam yang baru berumur tiga tahun sangat membutuhkan bantuan ide-ide dan gagasan semua pihak agar terus berproses ke arah yang sesuai harapan, yakni melahirkan kader-kader ulama Tafsir.
Oleh sebab itu, semua masukan dan saran akan ditampung untuk perbaikan, termasuk perbaikan kurikulum dan inovasi dalam pembelajaran.
Ma’had Aly Babussalam di usianya yang ketiga tahun saat ini terdapat 262 orang mahasantri putra dan putri.