Info Santri

Mahasantri Ma’had Aly Babussalam Matangkuli Aceh Utara Diharapkan Jadi Kader Ulama Tafsir

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seratusan Mahasantri dan dosen Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli Aceh Utara mengikuti pembekalan selama dua hari, 12-14 Mei 2022.

Pimpinan Dayah Babussalam, Waled H Sirajuddin Hanafi, turut memberi sambutan saat acara ini. 

SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON - Seratusan Mahasantri dan dosen Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli, Aceh Utara mengikuti pembekalan tentang  “Arah dan Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Keilmuan Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly”.

Acara pada 12-14 Mei 2022 di Aula Ma’had Aly Babussalam ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri, S.Ag, MM. 

Pimpinan Dayah Babussalam, Waled H Sirajuddin Hanafi, turut memberi sambutan saat acara ini. 

Mudir Ma’had Aly Babussalam, Dr Teuku Zulkhairi, mengatakan acara yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh ini diikuti seratusan mahasantri dan 20 dosen.

Hadir sebagai narasumber, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr Fauzi Saleh MA.

Prof Fauzi menyampaikan materi tentang "Strategi Pengembangan Jurusan Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly Berbasis Studi Turast".

Baca juga: Masyarakat Malaysia Bangun MCK untuk Santri Aceh Singkil

Kemudian pemateri kedua yaitu Dr Teuku Zulkhairi MA, menyampaikan materi tentang "Pengembangan Kurikulum Studi Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah".

Pemateri selanjutnya yaitu, Tgk Taufiq Yacob, S.Pd.I, M.S.Sos yang berbicara tentang "Inovasi Pembelajaran Tafsir dan Ilmi Tafsir Berbasis Kitab Kuning di Ma'had Aly”

Terakhir, Tgk Ibnu Hajar, S.Pd, M.Pd yang menyampaikan materi tentang "Pengembangan Kapasitas Menulis Dosen dan Mahasantri Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah"

Dr Teuku Zulkhairi mengatakan, acara ini begitu penting karena Ma’had Aly Babussalam saat ini sedang dalam tahap pengembangan di tengah berbagai keterbatasan yang ada dari infrastruktur maupun sumber daya manusia.

“Oleh sebab itu,kami sangat apresiasi atas kehadiran Guru Besar UIN Ar-Raniry Prof Fauzi  yang datang memberikan pembekalan kepada mahasantri dan dosen kami tentang arah pembelajaran tafsir berbasis studi naskah klasik, “ ujarnya, Rabu (19/5/2022).

Baca juga: Organisasi Santri di Aceh Utara Bangun Dayah di Pedalaman

Sementara itu, Tgk Taufiq Yacob dalam materinya menyampaikan sejumlah syarat agar para mahasantri dapat menjadi kader-kader ulama Tafsir di masa mendatang.

Ia mengatakan bahwa syarat utamanya para mahasantri harus selalu melakukan inovasi bathiniyah dalam kehidupannya sehari-hari baik di dayah maupun di luar dayah dan kapan saja agar hatinya terus bersih sehingga dapat menyerap dengan mudah semua materi pembelajaran di Ma’had.

Tanpa kebersihan hati, kata Tgk Taufiq, akan sangat sulit seorang penuntut ilmu dapat menikmati limpahan karunia ilmu dari Allah Swt.

Dengan proses pembelajaran yang dilakukan dan dibarengi dengan kebersihan hari para dosen dan mahasantri, insya Allah ilmu dari Allah akan mudah untuk diserap.

“Inovasi bathiniyah dimulai dengan meluruskan niat dalam menuntut ilmu, karena niat adalah ruhnya segala bentuk ibadah, termasuk di dalamnya ibadah ta’allum,” katanya.

Menuntut ilmu, kata Tgk Taufiq, mesti diniatkan untuk mencari ridha Allah, melestari ilmu agama, dan menghidupkan Islam.

“Jangan sampai motovasi awal dari menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan pujian dari manusia dan mendapatkan keuntungan duniawi yang sangat rendah dan hina, “ ujarnya mengutip Syaikh Az-Zarnuji.

Baca juga: Santri Pulo Ie 1 Kluet Utara Gelar Lomba Islami dan Kajian Tastafi

Tgk Taufiq yang juga dosen Ma’had Aly Babussalam ini menyebut, untuk mendapatkan ilmu mesti malalui proses belajar.

Untuk mendapatkan pemahaman mesti melalui proses tafakkuh.

Memang ada ilmu ghairu muktasab (tidak perlu belajar) yaitu ilmu melalui wahyu yang diberikan kepada para anbiya dan ilmu melalui ilham dan kasyaf yang diberikan kepada para aulia.

Akan tetapi, kata Tgk Taufiq, khususnya nadirah, lumrahnya untuk mendapatkan pengetahuan itu harus melalui proses belajar.

Di sisi lain, Prof Dr Fauzi Saleh yang merupakar pakar Tafsir ini dalam ulasannya menyampaikan bahwa Ma’had Aly Babussalam harus terus memperbanyak referensi-referensi klasik dalam proses pembelajarannya.

Lebih dari itu, kata dia, Ma’had Aly Babussalam juga dapat melakukan inovasi dalam pembelajarannya seperti kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Ijmali dan kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Tahlili.

Kemudian, Tgk Ibnu Hajar yang tulisan-tulisan jurnalnya telah dimuat di Jurnal Bereputasi Internasional dalam dan luar negeri menyampaikan, bagaimana kiat menulis karya ilmiah untuk dimuat di jurnal-jurnal bereputasi internasional.

Baca juga: 120 Santri Dayah Darul Quran Aceh Ikut Program Mukhayyam Ramadhan

Ia juga menyampaikan kiat-kiat agar para mahasantri dan dosen dapat terus memperoleh inspirasi untuk menulis karya ilmiah.

Teuku Zulkhairi mengatakan, Ma’had Aly Babussalam yang baru berumur tiga tahun sangat membutuhkan bantuan ide-ide dan gagasan semua pihak agar terus berproses ke arah yang sesuai harapan, yakni melahirkan kader-kader ulama Tafsir.

Oleh sebab itu, semua masukan dan saran akan ditampung untuk perbaikan, termasuk perbaikan kurikulum dan inovasi dalam pembelajaran.

Ma’had Aly Babussalam di usianya yang ketiga tahun saat ini terdapat 262 orang mahasantri putra dan putri.

Sementara Dayah Babussalam yang menaunginya dihuni oleh 1200 santriwan dan santriwati di luar jumlah calon santri yang saat ini sedang membludak mendaftarkan untuk masuk.

Mendapatkan SK dengan takhassus Tafsir dan Ilmu Tafsir dari Kemenag RI pada akhir tahun 2019, Ma’had Aly Babussalam yang berlokasi di Gampong Blang Matangkuli Aceh Utara terus berupaya melakukan proses pembelajaran dalam mendidik mahasantri menjadi kader ulama tafsir.

Ma’had Aly Babussalam Matangkuli merupakan satu di antara enam Ma’had Aly di Aceh yang menyelenggarakan program pendidikan tinggi (dayah manyang) dimana para mahasantri nantinya akan memperoleh gelar Ijazah Sarjana Agama (SAg) setelah belajar delapan semester dan menyelesaikan tugas akhir penulisan risalah/skripsi. (*)

Berita Terkini