Laporan Rahmat Saputra | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Puluhan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Aceh Barat Daya (SMKN Abdya) dikabarkan tidak dibolehkan mengikuti ujian awal semester.
Informasi yang diperoleh Serambinews.com, puluhan siswa-siswi yang tidak dibolehkan ikut ujian semester, mengingat mereka dikabarkan belum melakukan suntik vaksin tahap kedua.
Bahkan, informasi itu dibenarkan oleh orangtua siswa yang menjadi korban kebijakan kepala SMKN 1 Abdya tersebut.
"Aturan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah tidak melibatkan kita sebagai wali murid. Sekolah juga tidak memberitahukan bahwa yang belum di vaksin dosis kedua tidak diperbolehkan mengikuti ujian," ujar Mustafa kepada wartawan, Senin (23/5/2022).
Menurut Mustafa, aturan itu terkesan aneh, sebab surat pemberitahuan yang ditandatangani oleh komite sekolah, tidak ada atau dilakukan sepihak.
"Seharusnya, saat siswa tidak ikut ujian, pihak sekolah harus menjemput siswa-siswi untuk mengikuti ujian, bukan sebaliknya," tegasnya.
Bahkan, Mustafa mengaku, telah menjumpai kepala sekolah untuk mempertanyakan kebenaran aturan tersebut. "Saya bilang ke kepala sekolah, saya sudah cek ke tempat vaksin, tapi vaksin kosong. Jadi, bagaimana divaksin," pungkasnya.
Tidak Ada Niat Menghambat Ujian
Sementara itu, kepala SMKN 1 Abdya, Ismail, saat dihubungi Serambinews.com membenarkan ada puluhan siswa SMKN 1 Abdya yang tidak boleh mengikuti ujian.
“Sebenarnya, ada beberapa syarat untuk mengikuti ujian, yaitu harus vaksin dengan menunjukkan surat vaksin, surat bebas pustaka, rambut rapi, dan tidak gondrong, dan atribut lengkap,” ujar kepala SMK Negeri 1 Abdya, Ismail.
Namun, sebutnya, kebanyakan para siswa dan siswi tersebut, syarat yang tidak dipenuhi adalah belum ada surat vaksin kedua, sehingga mereka tidak dibolehkan ikut ujian.
“Sebenarnya, vaksin ini adalah program pemerintah, dan yang saya lakukan ini, untuk kebaikan siswa itu sendiri dan menyukseskan program pemerintah, apakah saya salah?,” ungkapnya.
Karena, tambahnya, selama ini pihaknya telah sering kali mengingat dan mengajak para siswa untuk melakukan vaksin, namun ajakan itu diabaikan oleh para siswa.
“Kalau masalah rambut, bisa kita hadirkan tukang pangkas, kalau baju dan buku tidak lengkap, maka bisa kita bantu, kalau vaksin, kan tidak bisa, harus disuntik, maka dapatlah kartu vaksin,” cetusnya.