Salah satu yang telah dilakukan adalah dengan memasang GPS Collar terhadap delapan kelompok gajah di daerah rawan konflik.
GPS Collar ini, diakui Rudi, sangat efektif karena keberadaan gajah terdeteksi, sehingga bisa dilakukan langkah pencegahan konflik.
“Tujuan GPS Collar ini untuk tahu posisinya, ketika sudah mengarah atau mendekati permukiman penduduk, langsung kita informasikan kepada tim,” ujarnya.
Biasanya, ulas dia, kelompok gajah yang mengarah ke perumahan maupun perkebunan penduduk, dihalau kembali ke hutan menggunakan petasan.
Baca juga: VIDEO Dibawa Lari Gajah Hampir Masuk Hutan, Keseruan Jalan-Jalan Bersama Isabella di CRU Sampoiniet
Opsi lain pencegahan ini dilakukan dengan membangun parit atau pagar listrik.
“Pagar listriknya bervolume rendah, sekadar membuat kejut, dan ini sangat efektif menurunkan kasus konflik di Aceh Timur,” terang Rudi.
Dijelaskannya, kasus konflik gajah dengan manusia di Aceh Timur selama ini super tinggi karena mencapai ratusan kejadian dalam satu tahun.
Daerah rawan konflik lainnya di antaranya ialah Aceh Jaya, Pidie, dan Aceh Tenggara.(*)