Laporan Herianto I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pimpinan Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani menyatakan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II, (April, Mei dan Juni) 2022 tumbuh sebesar 4 persen, atau meningkat 0,76 persen dari triwulan I yang hanya baru tumbuh sebesar 3,24 persen.
“Meningkat pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II ini, salah satu faktor pendukungnya adalah meningkat penyaluran pembiayaan kredit untuk sektor usaha pertambangan sebesar 321 persen, dari Rp 1,3 trilliun menjadi Rp 5,2 trilliun,” sebut Kepala Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani dalam keterangannya terkait peningkatan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II tahun ini, yang disampaikan kepada Serambinews.com, Selasa (24/5) di Banda Aceh.
Achris yang didampingi Kepala Tim Perumus Kebijakan BI Aceh, Yon Widiyono, Ekonom BI Muhammad Irfan Octama, Asisten Ekonomi BI Fery Febriansyah dan Asisten Analis BI, Angga Lesmana mengatakan, peningkatan pembiayaan kredit untuk sektor pertambangan di Aceh, yang mencapai sebesar 321 persen itu, baru untuk masa waktu empat bulan berjalan yaitu dari bulan Januari sampai April 2022.
• Kelapa Sawit Penopang Ekonomi di Subulussalam Saat Pandemi, Apkasindo Harap Harga TBS Segera Pulih
Kenaikan pembiayaan di sektor pertambangan yang sangat mengejutkan itu, kata Achris Sarwani, telah mendorong sektor usaha lainnya ikut naik.
Antara lain sektor usaha transportasi meningkat cukup tinggi, dari 8 persen naik menjadi 15 – 20 persen. Begitu juga untuk sektor penggalian dan pergudangan serta lainnya.
Selain itu, didukung oleh meningkatnya harga jual batu bara dan CPO di luar negeri, yang sangat tinggi, hingga mendorong volume dan nilai ekspor kedua komoditi itu jadi naik. Harga jual batu bara di luar negeri pada kwartal I masih relatif rendah 91,1 dolar AS/metrik ton, pada kwartal II nilainya sudah naik menjadi 120.80 dolar AS/metrik ton.
Begitu juga dengan harga jual CPO di luar negeri. Pada kwatral I nilainya baru 1.460 dollar AS/metrik ton, pada kwartal II naik menjadi 1.585 dolar AS/metrik ton.
Kemudian, dengan telah dibukanya kembali kran ekspor CPO kemarin oleh Presiden Joko Widodo, kata Achris Sarwani, volume dan nilai ekspor CPO Aceh ke luar negeri akan naik lebih besar lagi.
• Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Arab Saudi
Dampak dari kenaikan pembiayaan di sektor usaha pertambangan itu, kata Achris Sarwani, telah mendorong kinerja usaha pertambangan (batu bara) dan penggalian, di Aceh secara kwartal ke kwartal meningkat pada sebesar 1,72 persen, di kwartal II ini.
Untuk volume ekspor CPO, juga meningkat. Pada kwartal I volumenya baru sekitar 257,6 ribu ton, sedangkan pada kwartal II naik menjadi 272,6 ribu ton.
Volume dan nilai ekspor CPO dari Aceh, terus akan meningkat, sejalan dengan bertambahnya pembelian ekspor dari konsumen CPO dunia.
Kenaikan volume ekpsor CPO dan Pertambangan, khusus batu bara dan lainnya, telah mendorong penggunaan listrik untuk sektor industri pengolahan pasca pandemi covid 19 ini, ikut naik.
Pada kwartal I pemanfataan listrik hanya tercatat 17.025.787 KWH, pada kwartal II sudah naik menjadi 19.4343.558 Kwh.
Peningkatan penggunaan listrik pada industri pengolahan itu, kata Achris Sarwani, menjdai leading indicator arah perbaikan kinerja lapangan industri pengolahan di Aceh.
Hal ini sejalan dengan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indoensia terhadap kinerja Industri Pengolahan secara kwartal ke kwartal naik sebesar 3,53 persen.
Kemudian, membaiknya pertumbuhan ekonomi Aceh pada kwartal II, menurut Acris Sarwani, juga didukung karena meningkatnya belanja rumah tangga dan pemerintah.
Hal ini tercermin dari hasil suirvei BI tentang Indek Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Mei naik menjadi 121 persen, pada bulan Mei, dari IKK bulan April hanya sebesar 108,3 persen.
Salah satu komponen pengeluran pemerintah itu, sebut Achris Sarwani, antra lain penyaluran dana desa dan PKH dan lainnya.
Hingga Minggu ketiga bulan Mei 2022 ini, besaran dana desa yang sudah dicairkan mencapai Rp 1,9 trilliun, dari pagunya Rp 4,6 trilliun. Sedangkan dana PKH, nilai yang sudah disalurkan kepda penerima manfaat, nilainya mencapai Rp 361,9 miliar.
Secara keseluruhan dana transfer pusat yang sudah di kirim ke derah nilainya mencapai Rp 7,7 trilliun.
Achris Sarwani mengatakan, dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Aceh, pasca peralihan dari masa pandemi covid 19 kepada masa endemi ini, masih sangat kuat, ditengah resiko geopolitik Rusia-Ukraina, serta resiko inflasi yang bisa menjadi tantangan terhdap daya beli masyarakat.
Bank Indonesia bersama-sama dengan Pemerintah dan otoritras terkait, kata Achris Sarwani, terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meminimalisir resiko-resiko yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Seperti aktif terlibat dalam pengembangan ekonomi daerah, pengendalian inflasi daerah dan juga promosi investasi dalam rangka menarik investor masuk ke Aceh,” ujar Achris Sarwani.(*)