Dikunjungi Ketua DPRK Pidie, Orangtua Gadis yang Dijual Sepupunya Berderai Air Mata, Berharap Pulang
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Atika Abdurrahman (69) tak bisa menyembunyikan kesedihannya saat menceritakan kronologis putrinya yang menjadi korban perdagangan manusia (Human Trafficking).
Sudah bertahun-tahun ia tak pernah melihat wajah sang putri tercinta, WD, yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri.
Bahkan tangisannya itu tak dapat terhenti kala mendapat kabar bahwa sang anak disiksa oleh majikannya di Malaysia.
Suasana kesedihan dan haru itu terjadi ketika Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, Mahfuddin Ismail bersama istri, Hetti Zuliani dan tim mengunjungi langsung rumah orangtua WD, di Caleue, Kecamatan Indrajaya, Pidie, Senin (30/5/2022).
Baca juga: Kisah Pilu Gadis Aceh di Malaysia, 10 Tahun Disiksa Majikan, Gigi Rontok Dipukul Dengan Sepatu
WD merupakan warga Kabupaten Pidie yang menjadi korban perdagangan manusia (Human rafficking), yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri.
Kabar penemuan WD pertama kali dilaporkan oleh Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim, Minggu (29/5/2022) malam.
“Semalam saya langsung melakukan komunikasi dengan Pemred Serambi Indonesia, Pak Zainal dan Ketua YARA Aceh untuk menceritakan kasus ini,” kata Mahfuddin.
Setelah itu, dirinya langsung berkomunikasi dengan Tgk Bukhari Ibrahim untuk menanyakan perkembangan lebih lanjut.
“Maka tadi pagi saya langsung mendatangi langsung ke rumah WD yang berada di Kecamatan Indrajaya dan di terima langsung oleh orangtuanya,” katanya.
Ibunda korban, Atika tak mampu menahan tangisannya saat menceritakan kronologis hilangnya sang anak yang sudah beberapa tahun itu dan tidak pulang kembali.
Ibu korban mengaku sangat merindukan anaknya dan berharap segera pulang ke kampung.
Ia sangat ingin melihat wajah sang anak langsung dan ingin sekali memeluk buah hatinya itu.
Baca juga: Lagi, Gadis Aceh Disiksa dan Ditemukan Dalam Kondisi Menyedihkan di Malaysia, Asal Caleu Pidie
“Mereka mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Tgk Bukhari Ibrahim selaku warga Aceh di Malaysia atas usaha mereka telah menemukan anaknya,” kata Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail .
Ia mengatakan, kehadirian dirinya dan istri serta tim merupakan bentuk solidaritas kepada keluarga korban.
“Sebagai Ketua Dewan, Saya memiliki tangggungnjawab moral terhadap masyarakat saya, apalagi kasus ini menyangkut hajat hidup dan masa depan keluarga dari ibu Atika,” kata Mahfuddin.
Mahfuddin Ismail selaku Ketua DPRK Pidie menghimbau kepada seluruh warga Aceh khususnya warga Pidie untuk tidak mudah tergiur dengan ajakan atau iming - iming pekerjaan dengan bayaran yang tinggi apalagi sampai ke luar negeri.
“Saya juga mengharap kepada perangkat gampong untuk terus mengedukasi kepada warga masing masing terutama warga dengan ekonomi menengah ke bawah agar lebih hati-hati akan bahayanya perdagangan manusia (Human Trafficking),” pungkasnya.
Baca juga: Ketua DPRK Pidie Kunjungi Keluarga Korban “Human Trafficking” di Ulee Birah Kecamatan Indrajaya
WD Diselamatkan Warga Aceh di Malaysia
Nasib malang menimpa seorang gadis asal Kabupaten Pidie yang bekerja di Malaysia.
Dirinya menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking) yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri.
Bahkan, ia juga mendapat penyiksaan dari majikannya selama bertahun-tahun bekerja di Malaysia.
Adalah WD, gadis asal Calue, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie yang berusia 34 tahun mengalami kisah tragis nan memilukan dalam kehidupan mudanya.
Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim mengatakan saat ini WD telah di bawah perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.
“Sudah kita laporkan ke KBRI di Kuala Lumpur, dan akan dilakukan penggalian informasi lebih lanjut,” katanya saat dihubungi Serambinews.com, Senin (30/5/2022).
Tgk Bukhari mengatakan, WD menjadi korban perdagangan manusia yang dilakukan oleh kakak sepupu korban kepada sebuah agen.
Itu terjadi pada 11 tahun belakang atau tepatnya 2011 silam.
Baca juga: Detik-detik Penyelamatan TKW Aceh yang Disekap 8 Tahun oleh Majikannya di Malaysia
Mulanya, korban dijanjikan oleh kakak sepupunya bekerja di Lhokseumawe atau Langsa.
Namun, pelaku malah membuatkan paspor untuknya di Lhokseumawe dan kemudian dibawa ke Malaysia dengan menggunakan kapal ferry.
“Dari Sigil (dia) diserahkan ke agen yang ada di Lhokseumawe untuk dibuatkan paspor. Setelah itu dibawa ke Medan dan pergi naik ferry,” kata Tgk Bukhari.
Selama di Malaysia, WD bekerja di Melaka, sebuah kota yang terletak 150 kilometer dari Ibukota Kuala Lumpur.
Selama bekerja di sana, korban mendapat penyiksaan oleh majikannya selama 10 tahun.
Kepada Ketua SUBA Tgk Bukhari, korban mengaku hanya bekerja pada majikan tersebut.
Korban mengaku selama bekerja di Melaka, dirinya ditampar dan dipukuli oleh majikan hingga hidungnya mengeluarkan darah.
Tak hanya itu, ia harus kehilangan sejumlah giginya akibat dipukul dengan sepatu.
Baca juga: Kisah Tragis Herawati, TKW Aceh yang Disekap dan Dipukul oleh Majikan: Gigi Copot, Kepala Lebam
“Di Melaka ada (dipukul), dengan sepatu ke muka sampai-sampai berdarah. Setiap hari,” pengakuan korban kepada Tgk Bukhari.
Bahkan kakinya juga terdapat banyak bekas luka akibat kekerasan yang dilakukan sang majikan.
Tgk Bukhari mengatakan, korban kemudian lari dari tempatnya bekerja yang dibantu oleh supir taksi.
WD kemudian diserahkan kepada warga Malaysia keturunan India yang berada di Kuala Lumpur.
Di sana, korban di rawat dan dijaga selama setahun sembari mencari komunitas relawan masyarakat Aceh di Kuala Lumpur.
“Yang menjaga dia dijaga sebaik mungkin, sambil mencari orang Aceh di sana untuk dibawa pulang ke kampung,” kata Tgk Bukhari.
Namun, baru Minggu (29/5/2022) warga keturunan India itu dapat bertemu dengan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia.
Korban bahkan sudah dianggap meninggal oleh keluarganya karena selama 11 tahun tidak ada kabar sama sekali.
Kendati demikian, Tgk Bukhari mengatakan saat ini korban sudah terhubung dengan keluarganya yang berada di Kabupaten Pidie.
Saat ditanya apakah WD dapat segera pulang ke kampung untuk bertemu keluarganya, Tgk Bukhari belum bisa memastikan hal tersebut.
Itu dikarenakan KBRI masih membutuhkan informasi akurat dan penulusuran mendalam serta keterangan korban.
Nantikan, KBRI akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait masalah ini untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
“Dalam dua atau tiga hari ini kita akan mengetahui hasil dari KBRI di Kuala Lumpur. Apakah korban bisa pulang ke Aceh atau akan tetap sini untuk melaporkan majikannya,” kata Tgk Bukhari. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)