Kondisi adik Gulshan kala itu memburuk.
Adik Gulshan pun meninggal saat menjalani perawatan.
Poojaram Jatav meminta pihak rumah sakit untuk membantu membawa jenazah adik Gulshan kembali ke kampung halamannya di Desa Badfra, Kota Ambah, Morena yang berjarak sekitar 30 km.
Ia berencana mengadakan upacara pemakaman.
Di luar dugaan, pihak rumah sakit menolak memberikan bantuan karena semua mobil mereka sibuk.
Karena miskin, Poojaram Jatav tidak mampu membayar 1.500 rupee atau sekitar Rp 282 ribu untuk menyewa ambulans pribadi.
Tak tahu harus bagaimana, Poojaram Jatav akhirnya membawa jenazah adik Gulshan keluar dari rumah sakit.
Ia kemudian meminta Gulshan mengurus jenazah adik, sementara ia berusaha mencari mobil bantuan.
"Karena saya tidak punya uang untuk menyewa ambulans pribadi, saya mencoba mencari bantuan.
Ketika saya mencari mobil bantuan, saya minta tolong anak sulung saya menjaga tubuh adiknya di pinggir jalan," ungkap Poojaram Jatav.
Dengan sabar, Gulshan menunggu ayahnya sambil menjaga jenazah adiknya.
Sekitar setengah jam, Gulshan menunggu ayahnya tanpa mengeluh meski merasa ketakutan, kesepian, dan hanya bisa menangis.
Di pangkuannya, ada adik yang telah meninggal.
Banyak orang mendekat untuk bertanya lalu sedih mengetahui nasib keluarga Gulshan.
Mereka segera hubungi polisi setempat dan akhirnya pihak berwenang membantu Poojaram Jatav memanggil ambulans untuk membawa jenazah adik Gulshan pulang.
Baca juga: Pesta Pernikahan Berujung Duka, Pasangan Pengantin Ditusuk Tamu di Kupang, Korban Pingsan