Ternyata Kebiasaan Mengigit Kuku Berhubungan dengan Kesehatan Mental, Begini Penjelasannya
SERAMBINEWS.COM - Anda mungkin pernah menjumpai seseorang yang memiliki kebiasaan mengigit kuku, namun ternyata itu merupakan kebiasaan buruk yang berhubungan dengan kesehatan mental.
Kebiasaan menggigit kuku umum dijumpai, biasanya muncul ketika seseorang dalam kondisi cemas atau panik.
Meski begitu, ada juga yang melakukan kebiasaan menggigit kuku ini untuk mendapatkan kepuasan tersendiri tanpa alasan yang jelas.
Menggigit kuku bisa menyebabkan infeksi pada kuku, masalah pada gigi dan dapat menyebabkan sakit perut.
Masyarakat Indonesia juga menganggap menggigit kuku merupakan kebiasaan buruk dan tidak sopan.
Ternyata baru-baru ini, psikiater juga telah mengategorikan kebiasaan menggigit kuku termasuk ke dalam salah satu masalah kesehatan mental.
Baca juga: 7 Kegunaan Lemon untuk Kecantikan, Mencerahkan Wajah, Tambah Kilau Rambut hingga Memperkuat Kuku
Dilansir dari Case Report in Dentistry, kebiasaan menggigit kuku juga bisa disebut onychophagia yang sering menyebabkan kerusakan pada kuku.
Gejalanya bersifat psikologis dan fisik.
Orang yang memiliki kebiasaan onychophagia kronis biasanya juga mengalami gejala lain seperti:
- Perasaan gelisah atau tegang sebelum menggigit
- Perasaan lega atau kesenangan setelah menggigit
- Perasaan malu dan bersalah sering dikaitkan dengan penampilan kerusakan fisik pada kulit dan kuku yang disebabkan oleh gigitan
- Kerusakan jaringan pada jari, kuku dan kutikula
- Cedera mulut, masalah gigi, abses dan infeksi
- Kebiasaan menggigit kuku biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, yang paling umum terjadi selama masa remaja dan bisa berlanjut hingga dewasa.
Selain itu, kebiasaan menggigit kuku juga sering dikaitkan dengan kecemasan, karena kebiasaan ini dianggap bisa mengurangi stres, ketegangan dan kebosanan.
Sampai saat ini, beberapa perawatan telah dikembangkan untuk mengobati onychophagia.
Baca juga: Tips Agar Kuku Cantik, Kuat dan Berkilau, Gunakan 3 Campuran Bahan Alami Ini untuk Perawatannya
Namun menggigit kuku tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan dalam kedokteran dan kedokteran gigi.
Di antara pilihan pengobatan yang tersedia saat ini, aspek psikologis dan efek samping dermatologis dari kebiasaan oral seperti itu tetap menjadi fokus terapi utama.
Cara Mencegah
Adapun cara tradisional untuk mengatasi kebiasaan menggigit kuku, seperti mengoleskan produk atau sesuatu yang pahit pada kuku.
Cara ini bisa membantu seseorang agar tidak suka menggigit kuku.
Bisa juga dengan sebuah alat yang mirip seperti alat bluegrass yang berfungsi sebagai alat bantu mencegah kebiasaan menghisap jempol, alat ini dibuat untuk mencegah kebiasaan mengggit kuku.
Baca juga: Kuku Panjang Bisa Jadi Penyebar Virus Corona, Simak Penjelasan Selengkapnya
Pengobatan Lebih Lanjut
Dalam kondisi yang lebih parah, perawatannya fokus pada mengurangi atau menghilangkan faktor emosional yang terkait dengan menggigit kuku.
Perawatan ini termasuk terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavioral therapy) dengan pelatihan pembalikan kebiasaan.
Terapi perilaku kognitif juga digunakan untuk membantu penderita gangguan kesehatan mental mengubah sudut pandang akan permasalahan atau situasi menantang dalam hidupnya, sekaligus cara ia bereaksi terhadap permasalahan tersebut.
Selain itu, terapi perilaku kognitif juga bisa dilakukan untuk membantu penderita mencari pendekatan dan solusi masalah yang terjadi secara mandiri.
Selain gangguan kecemasan dan depresi, terapi kognitif perilaku terbukti efektif dalam menangani gangguan kebiasaan menggigit kuku dan beberapa gangguan kesehatan mental lainnya, seperti:
- Fobia
- Gangguan pola makanGangguan tidur
- Penyalahgunaan alkohol
- Gangguan panik
- Gangguan seksual
- Gangguan bipolar
- Skizofrenia
- Obsessive compulsive disorder (OCD)
- Post-traumatic stress disorder (PTSD)
- Kleptomania
Jika gangguan Kesehatan menggigit kuku semakin parah dan butuh penanganan lebih lanjut, sebaiknya segera konsultasi ke tenaga ahli agar bisa segera dilakukan penanganan yang lebih serius. (Serambinews.com/Fadillah Fitri Dayanti)