SINABANG - Para dokter di RSUD Simeulue melakukan mogok kerja.
Hal itu dipicu oleh besaran tunjangan kinerja (tukin) yang mereka terima tak sesuai dengan sebelumnya.
Mogoknya dokter membuat pelayanan di rumah sakit itu lumpuh, sehingga warga atau pasien yang hendak berobat pada sejumlah poli menjadi terkatung-katung.
Karena hal itu tidak diumumkan, masyarakat sempat menunggu lama untuk berobat.
Karena tak kunjung ada pelayanan, akhirnya pasien pulang dengan perasaan kecewa.
Anggota Komisi D DPRK Simeulue, Ihya Ulumuddin, yang mengetahui hal itu, langsung datang ke rumah sakit itu dan ia menemukan memang tidak ada pelayanan di ruang poli.
Ihya menyayangkan kejadian tersebut.
"Terkait masalah ini, Pemkab Simeulue harus bertanggung jawab.
Baca juga: Alhamdulillah, Sudah Enam Hari Tak Ada Lagi Pasien Covid-19 Dirawat Di RSUD Simeulue
Baca juga: Pelayanan Poli RSUD Simeulue Lumpuh Akibat Dokter Mogok Kerja
Soal keluhan dokter juga harus segera dicari solusinya.
Semua pihak terkait harus duduk mencari jalan keluar, sehingga kejadian ini tidak berdampak Panjang bagi masyarakat yang ingin berobat," jelas Jumat (23/9/2022).
Direktur RSUD Simeulue, drg Farhan, yang dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya mogok pelayanan di bagian poli rumah sakit tersebut sejak Kamis (22/9/2022).
Pihaknya, kata Farhan, sudah berupaya untuk mencari jalan keluar agar tunjangan kinerja para dokter di rumah sakit itu tidak dikurangi dari sebelumnya.
"Tahun-tahun sebelumnya tukin diterima Rp 20 juta.
Sekarang diterima bervariasi, ada yang Rp 16 juta, Rp 9 juta, Rp 6 juta, dan Rp 1 jutaan," ujarnya.
Hal itulah, sambung Farhan, yang memicu para dokter melakukan protes dengan mogok kerja.