Berita Pidie

Bertambah 3 Lagi Kasus Polio di Pidie, Sampel Feses Sedang Diperiksa Ulang di Lab Biofarma Jakarta

Penulis: Yarmen Dinamika
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FO Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar SpOG-(K) saat mempresentasikan temuan satu kasus polio di Pidie yang menginfeksi anak laki-laki usia 7 tahun. Arika presentasi di ruang kerjanya, Jumat (18/11/2022) pagi. SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA

"Jadi, ini juga mengkhawatirkan karena faktor risiko penularannya bisa lebih luas mengingat mobilitas anak-anak yang sehat tersebut," kata Arika.

Menurutnya, kalau pada akhirnya nanti jumlah kasus polio di Kabupaten Pidie benar positif empat kasus, maka tantangan yang dihadapi jajaran kesehatan di Pidie semakin besar.

Penanganan tidak lagi cukup hanya tertuju pada keluarga yang anaknya pertama terinfeksi polio itu. Yang tiga lagi pun harus mendapat perlakuan yang sama.

Misalnya, jika untuk keluarga pertama harus dibangunkan WC plus septic tank, maka untuk tiga keluarga yang anaknya baru diketahui positif polio pun harus dibangunkan WC paket lengkap.

Pembangunan WC atau kakus untuk keluarga yang anaknya positif polio, untuk saat ini dianggap sebagai salah satu solusi guna mencegah penularan virus polio di desa tersebut.

Dengan adanya WC, maka si anak tidak akan buang air besar sembarangan (BABS) lagi di tanah atau di alur sungai yang terdapat di desa tersebut.

Sebagaimana diketahui, kata Arika, virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio atau melalui makanan yang terkontaminasi virus polio.

Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus tersebut akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan.

"Hal ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, seperti perilaku buang air besar sembarangan,” jelas dr Arika.

Arika kembali mempertegas bahwa polio dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun yang tidak diimunisasi polio secara lengkap.

Risikonya menjadi semakin besar jika kondisi sanitasi tidak baik, misalnya masih ada perilaku buang air besar sembarangan (BABS).

Dia ingatkan bahwa satu dari setiap 200 orang yang terinfeksi polio menyebabkan kelumpuhan permanen (biasanya di kaki). Di antara mereka yang lumpuh, 5 persen-10 % meninggal karena otot pernapasan mereka dilumpuhkan oleh virus.

Lalu apakah ada obat untuk menyembuhkan polio?
"Tidak, tidak ada obat untuk polio. Polio hanya dapat dicegah," kata Arika.

"Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi dan sanitasi lingkungan yang baik. Masyarakat hendaknya segera melaporkan kasus lumpuh layu mendadak, terutama pada anak usia 0- <15>

Ia juga mengatakan semoga "musibah" ini menjadi momentum bagi para orang tua di Aceh untuk mendukung imunisasi anak-anaknya.

Halaman
123

Berita Terkini