SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh kembali menyorot pencemaran limbah udara dari PT Medco E&P Melaka di Aceh Timur.
Menurut Walhi, pencemaran limbah sudah berdampak pada perempuan, anak, hingga ibu hamil serta lansia yang tinggal di lingkungan tambang.
Hal tersebut terungkap dari laporan kelompok warga di lingkungan tambang setelah tim Walhi Aceh berkunjung ke Desa Blang Nisam pada Kamis (5/1/2022).
Direktur Walhi Aceh, Ahmad Shalihin mengatakan, dalam pertemuan itu warga bercerita bahwa sudah banyak korban pencemaran limbah, baik dari kaum perempuan, anak-anak hingga lansia.
• Mahasiswa KKN Unimal Ajari Warga Buat Pupuk Organik dengan Memanfaatkan Limbah Kulit Buah-buahan
Adapun masyarakat yang berada di ring satu, yaitu Gampong Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok yang sudah empat tahun lebih mencium bau tak sedap dan mulai resah.
"Berbagai protes telah berulang kali dilayangkan oleh warga sejak 2019 lalu, tetapi hingga awal 2023 belum ada titik temu. Malah dampaknya saat ini semakin meluas," ungkapnya.
Sebelumnya, ungkap Salihin, hanya bau busuk yang membuat warga mual, muntah, pusing hingga ada yang pingsan dan berulang kali harus dilarikan ke rumah sakit.
"Sekarang semakin diperparah mulai berdampak terhadap kualitas air sumur yang mulai berubah rasa dan kandungannya," sebut dia.
Dari keterangan warga, lanjut Salihin, sejak 2019 hingga akhir 2022 sudah 13 orang lebih yang menjadi korban dan semua harus dirawat di Puskesmas dan sebagian besar korban dilarikan ke RSUD dr Zubir Mahmud di Idi, Kabupaten Aceh Timur.
"Keluhan mereka sesak nafas, mual, muntah-muntah, pusing, lemas hingga ada yang pingsan setelah menghirup bau busuk dari limbah proses produksi PT Medco E&P Malaka. Korbannya lagi-lagi kebanyakan adalah perempuan, anak-anak serta lansia yang berusia di atas 80 tahun," ujar Salihin.
Salihin mengaku warga sudah pernah melaporkan kasus pencemaran ini ke Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Timur. Tetapi solusi yang ditawarkan belum menyentuh akar masalah, malah warga yang diminta untuk adaptasi saat bau busuk terjadi.
“Ini kan lucu, solusi yang ditawarkan kok warga yang harus beradaptasi, seharusnya PT Medco lah yang harus cari solusi dan bertanggungjawab,” kata Shalihin.
Kasus pencemaran ini sudah berlangsung lama dirasakan oleh warga yang tinggal di lingkar tambang tersebut.
Bahkan pada tanggal 9 April 2021, ada 250 jiwa warga Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam terpaksa mengungsi ke kantor camat karena bau busuk yang dirasakan.
“Ini persoalan serius yang harus segera ditangani, terlebih kebanyakan korbannya adalah perempuan, anak-anak, ibu hamil hingga lansia, mereka cukup rentan bila udara tidak sehat,” jelasnya.