Longsor di Km 80

MENGERIKAN! Tanah Bergerak di KM 80 Banda Aceh-Sigli Bikin Aspal Terbelah, Waspada Jika Hujan Deras

Penulis: Herianto
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Insert: Kasat Lantas Pidie, Iptu Mahruzar Hariadi, turut mengatur lalulintas di ruas jalam nasional rusak di kawasan Simpang Beutong, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, Kamis (26/1/2023).

Laporan Herianto I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Fenomena tanah bergerak di KM 80-81 Banda Aceh-Sigli yang menyebabkan tanah longsor dan aspal terbelah ternyata menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh dianggap remeh.

Fenomena tanah bergerak ini dalam banyak kasus dapat membawa kerusakan dan bahkan bisa membuat struktur tanah tidak lagi beraturan seperti semula.

Dengan kata lain, fenomena tanah bergerak menyimpan potensi bahaya bagi manusia.

Terutama jika hujan terus turun berlanjut dalam waktu lama.

Proses Tanah Bergerak

Dari hasil analisis tim geologi Dinas ESDM ditemukan fakta lapisan tanah yang longsor di KM 80 adalah jenis tanah satuan tuf, yang berumur kuarter, bersumber dari formasi Gunung Api Lamteuba, Aceh Besar.

Salah dari enam lokasi tanah longsor yang terjadi di KM 80 - 81 Saree - Padang Tiji, Kamis (26/1) (SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM)

Jenis tanah satuan tuf itu, jelas Mahdinur, mengandung lempung, yang mudah menyerap air.

Tanah lempung akan mengalami pengembangan (swelling), saat menyerap air, sehingga membuat ikatan antar butir batu stuf menjadi tidak stabil.

Batuannya bersifat lepas dan belum terkompaksi, sehingga rentan terhadap longsor.

Peristiwa tanah longsor tersebut terjadi, karena tingginya frekuensi curah hujan yang terjadi sejak Sabtu (22/1) sampai Kamis (26/1), membuat material di atas satuan tanah lempung itu menjadi lebih berat, sehingga beban tanah bertambah berat, sehingga terjadi pergeseran/gerakan tanah.

FAKTA Tanah Bergerak KM 80 Banda Aceh-Sigli, Berasal dari Gunung Api Lamteuba Berumur 2 Juta Tahun

Faktor penyebab lainnya, kondisi lereng tanah di KM 80 – 81 tersebut cukup curang, ketika ikatan antar butir satuan tanah tidak stabil dan lepas, maka membuat ikatan tanah menjadi renggang dan terjadi pergerakan tanah longsor.

Untuk mengurangi risiko longsor di kemudian hari, di ruas jalan KM 80 – 81 Saree – Padang Tiji itu, perlu dilakukan kajian mitigasi bencana longsor.

Kajian itu untuk mengetahui kondisi ancaman bencana tanah longsornya dan meminimalisir kondisi longsoran.

Dari hasil kajian mitigasi tanah longsor tersebut, kata Mahdinur, pihak Balai Pembangunan Jalan Nasional  (BPJN) I  Aceh, yang bertugas untuk membangun dan memperbaiki badan jalan yang telah longsor, dapat mengetahui, model bangunan badan jalan yang bagaimana dan seperti apa yang cocok di bangun di lintasan badan jalan nasional KM 80 – 81 tersebut, agar tidak membahayakan pengendara kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan roda dua, tiga, empat, enam dan seterusnya.

Dinas ESDM Aceh, kata Mahdinur, sangat berharap badan jalan nasional di KM 80 – 81  yang longsor tersebut, cepat ditangani dan diberikan tanda-tanda bahaya, agar semua kendaraan bermotor yang melintas di jalan jadi lebih berhati-hati lagi.

Karena, pergerakan tanah yang longsor dan terbelah itu, terus akan bergerak, sampai kondisi hujan berhenti dalam jangka waktu yang lama.

Ini Penyebab Tanah Bergerak di Km 80-81 Banda Aceh-Sigli, Dinas ESDM Aceh Turunkan Tim Geologi

Kalau masih hujan, pergerakan tanahnya terus bergerak, karena tekanan beban dari atas yang berat.

“Kondisi tanah berbatuan stuf itu, jika ada hujan, tanahnya menjadi lunak dan rapuh, serta mengembang, kemudian terjadi longsor pada lokasi tebing tanah yang curam, seperti yang terjadi di lintasan badan jalan nasional KM 80 – 81 Saree – Padang Tiji,” pungkas Mahdinur.

Tim geologi yang diturunkan Dinas ESDM Aceh juga menemukan fakta bahwa tanah bergerak yang menyebabkan longsor di Km 80-81 Banda Aceh-Sigli berasal dari lapisan tanah satuan tuf, yang berumur kuarter, bersumber dari formasi Gunung Api Lamteuba, Aceh Besar.

Dikutip dari situs wikipedia Periode Kuarter merupakan periode terakhir dari ketiga periode di era Kenozoikum dalam skala waktu geologi.

Periode ini berlangsung setelah periode Neogen dan membentang dari 2,588 ± 0.005 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Waktu yang relatif singkat ini ditandai oleh serangkaian glasiasi dan dengan penampilan dan perluasan manusia modern secara anatomis.

Kuarter mencakup dua kala geologi: Pleistosen dan Holosen.

Geologi kuarter atau geologi muda juga disebut proses serta peristiwa geologi di Bumi yang terjadi dalam 2 juta tahun terakhir.(*)

Sholat Dhuha, Ceramah Ustadz Abdul Somad Tentang Batasan Waktu Pengerjaannya

Sholat Dhuha, Ceramah Ustadz Abdul Somad Tentang Batasan Waktu Pengerjaannya

Amalan Bulan Rajab, Waktu Terbaik Puasa, Berikut Ceramah Ustadz Abdul Somad

Berita Terkini