Laporan Saiful Bahri | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Gerhana Matahari hibrida tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau disebut langka.
Namun begitu, gerhana yang dikategori langka tersebut bakal terjadi lagi pada 20 April 2023 tahun mendatang.
Ternyata jenis gerhana matahari yang akan terjadi pada 20 April 2023 nanti, juga pernah terjadi 18 tahun lalu.
Berikut penjelasan secara ilmiah lewat disiplin Ilmu Falak.
Untuk diketahui, Gerhana Matahari merupakan peristiwa melintasnya Bulan di antara Bumi dan Matahari dengan posisi yang sejajar di garis ekliptika.
Gerhana Matahari dikenal ada empat jenis, pertama Gerhana Matahari total, di mana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan Matahari ditutupi oleh piringan Bulan.
Dampaknya, Matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah.
Kedua, Gerhana Matahari parsial, di mana saat puncak gerhana terjadi hanya sebahagian piringan Matahari ditutupi oleh piringan Bulan.
Ketiga, Gerhana Matahari cincin. Dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan Bulan hanya menutupi pertengahan piringan Matahari saja.
Sehingga Matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin dan pada posisi tengah Matahari berwarna hitam.
Keempat, Gerhana Matahari hibrida, di mana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana Matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin.
Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail, SSy, MA menjelaskan, Sabtu (28/1/2023), menjelaskan, gerhana jenis keempat atau Gerhana Matahari hibrida tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau disebut langka.
Terakhir gerhana ini terjadi pada 8 April 2005, yang melintasi Samudera Pasifik, Panama, Colombia, dan Venezuela.
Tahun ini, peristiwa Gerhana Matahari hibrida yang tergolong langka ini akan melewati daratan Indonesia.
Gerhana Matahari hibrida ini akan terjadi pada 20 April 2023, yang bertepatan 29 Ramadhan 1444 Hijriah, mulai pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 12.07 WIB.
Secara umum, gerhana ini dapat dilihat di seluruh Indonesia dengan durasi waktu yang berbeda-beda.
Pada jalur gerhana hibrida, daerah yang terlihat gerhana cincin hanya di barat daya Australia dan di Pasifik Tengah.
Sedangkan wilayah Indonesia yang terlihat gerhana dalam bentuk Gerhana Matahari total yaitu Maluku, seperti Kepulauan Leti, Kepulauan Damar, dan Papua Barat, serta Biak.
Untuk wilayah lain di Indonesia, akan melihat Gerhana Matahari dalam bentuk gerhana parsial.
"Seluruh provinsi di Indonesia akan menyaksikan gerhana ini dalam bentuk parsial dan ada dalam bentuk gerhana total,” beber Tgk Ismail.
“Namun tidak seluruh daratan di Provinsi Aceh berkesempatan untuk menyaksikan gerhana ini,” sebutnya.
Seperti Sigli, Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Jaya, atau enam daerah ini tidak berkesempan untuk menyaksikan gerhana ini karena jalur gerhana tidak melewati daerah tersebut,” terang dia.
Untuk daerah lain di Provinsi Aceh dapat menyaksikan gerhana ini dengan persentase bentuk gerhana yang berbeda-beda.
Bireuen ketampakan gerhana hanya 0,2 persen, Lhokseumawe dan Meulaboh hanya 0,4 persen, Langsa hanya 1,6 persen, dan Singkil hanya 3,8 persen.
“Persentase ini merupakan besaran piringan matahari yang ditutupi oleh piringan bulan," demikian Tgk Ismail.(*)