SERAMBINEWS.COM, ATAREB - Setelah perang bertahun-tahun, penduduk di baratlaut Suriah yang dilanda gempa dahsyat bergulat dengan kenyataan baru, kondisi semakin memburuk.
Hampir satu minggu setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR mengguncang Suriah utara dan negara tetangga Turkiye , PBB telah mengakui kegagalan internasional untuk membantu korban gempa Suriah.
Di Atareb, kota yang masih dikuasai pemberontak Suriah setelah bertahun-tahun memerangi pasukan pemerintah, penyintas menggali puing-puing rumah mereka.
Mereka memungut sisa-sisa kehidupan mereka yang hancur dan mencari cara untuk pulih setelah serangkaian bencana kemanusiaan terbaru untuk daerah yang dilanda perang, seperti dilansir AP, Senin (13/2/2023).
Ekskavator mengangkat puing-puing dan penduduk dengan sekop dan mengambil kolom yang hancur untuk meratakan bangunan yang telah dihancurkan.
Lusinan keluarga pengungsi baru berkumpul untuk makan hangat dari relawan lokal dan pemerintah lokal yang dikelola oposisi.
Baca juga: PBB Perkirakan Korban Gempa di Turkiye dan Suriah Bisa Mencapai 56.000 Orang Meninggal
Seorang warga biasa pergi dari satu tenda ke tenda lainnya untuk membagikan segepok uang di tempat penampungan darurat, setara dengan sekitar $18 untuk setiap keluarga.
Orang-orang Suriah melakukan apa yang telah mereka asah selama bertahun-tahun krisis: mengandalkan diri mereka sendiri untuk mengambil bagian dan melanjutkan.
“Kami menjilat luka kami sendiri,” kata Hekmat Hamoud, yang telah mengungsi dua kali akibat konflik yang sedang berlangsung di Suriah.
Dia sempat mendapati dirinya terperangkap selama berjam-jam di bawah reruntuhan bangunan.
Daerah pemberontak di baratlaut Suriah, tempat lebih dari 4 juta berjuang untuk mengatasi serangan udara yang kejam dan kemiskinan yang merajalela, terpukul keras oleh gempa 6 Februari 2023.
Banyak orang di daerah tersebut telah mengungsi dari konflik yang sedang berlangsung dan tinggal di pemukiman tenda yang padat atau bangunan yang melemah akibat pemboman di masa lalu.
Baca juga: WHO Tuduh Dunia Lupakan Suriah, Krisis Gempa Sudah Makin Parah, Kehancuran Perang Bertambah
Gempa tersebut menewaskan lebih dari 2.000 orang dan lebih banyak lagi mengungsi untuk kedua kalinya, memaksa beberapa orang tidur di bawah kebun zaitun dalam musim dingin yang sangat dingin.
“Saya kehilangan segalanya,” kata ayah dua anak Fares Ahmed Abdo (25) yang selamat dari gempa tersebut.
Namun rumah dan bengkel barunya tempat dia memperbaiki sepeda motor untuk mencari nafkah hancur.
Sekali lagi dengan hampir tidak ada tempat berlindung dan tidak ada listrik atau toilet, dia, istrinya, dua anak laki-laki dan ibu yang sakit berdesakan di tenda kecil.
“Saya menunggu bantuan apa pun,” katanya.(*)