Berita Langsa

Mantan Menteri Ingatkan Ekspor Melalui Pelabuhan Kuala Langsa Jangan Hanya Semangat pada Saat Acara

Penulis: Zubir
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof. Rokhmin Dahuri saat memberikan sambutan pada acara launching ekspor perdana di Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (7/3/2023).

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Rokhmin Dahuri, mengungkapkan, masyarakat Aceh ibarat telur mata sapi, jadi telornya yang produksi Aceh tapi yang dapat nama dalam perhimpunan Sumatera Utara.

Hal itu disampaikan Prof Rokhmin Dahuri yang juga Guru Besar Fakuktas Perikanan dan Kelautan ITB, saat hadir mewakili Menteri Perikanan dan Kelautan pada launching ekspor perdana di Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (7/3/2023). 

Menurut mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden SBY itu, 90 persen komodititas di Aceh selama ini diproses dan diimpor melalui from North Sumatera. 

"Jadi, 90 persen komoditi dari perikanan, perkebunan, tanaman pangan, holtikultura, unimit dan seterusnya 90 persen itu dikirim ke Sumatera Utara, diproses di sana, barulah dipasarkan baik dalam konteks Indonesia atau nasional maupun ke luar negeri," jelasnya.

Baca juga: 2 Kapal Ekspor Perdana Ikan dan Barang Campuran ke Malaysia - Thailand Lewat Pelabuhan Kuala Langsa 

Maka, sambung Profesor ini, nilai tambah Multiplier effect (efek berganda atau merupakan pengaruh yang meluas) lapangan pekerjaan, kemudian injus ekonomic acitivity (egiatan ekonomi).

Jadi, jika ada pabrik ada ekspor, pasti akan tumbuh perhotelan, restauran, jasa keuangan, jasa transportasi, dan seterusnya.

InsyaAllah dengan adanya inisiatif Pemko Langsa dan pengusaha menghidupkan atau mengaktifkan kembali ekspor di Pelabuhan Kuala Langsa ini.

Maka, akan jadi pemantik supaya strobolling affect berkembang, dan yang terakhir untuk masyarakat Aceh sendiri, akan tercipta lapangan pekerjaan dan aktivitas baru. 

"Dari gagasan hari ini bisa memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat Aceh, Insha Allah atas izin Allah ini akan tercapai," harap Profesor.

Baca juga: Putranya Mirip Tetangga, Suami Paksa Istri Tes DNA dan Hasilnya Bikin Sedih

Rokhmin Dahuri juga menambahkan tiga hal, ia berkeinginan keberadaan Pelabuhan Kuala Langsa tersebut jangan hanya untuk tambat labuh kapal saja.

Akan tetapi jadikanlah pelabuhan yang sangat strategis di Provinsi Aceh ini untuk kawasan industri terpadu.

"Seharusnya kita merasa malu, saat ini Malaysia sudah mengekspor bahan jadi seperti coklat, minyak goreng dan produk jadi lainnya sekitar 75 persen.

Tetapi kita sebaliknya 80 persen masih mengekspor CPO melulu," paparnya Profesor yang juga Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan ITB ini. 

Profesor yang juga politisi dari PDI-P ini berjanji akan membekup , karena selain pansehat Menteri Perikanan dan Kelautan, dia juga dekat di jantung kekuasaan.  

Jadi ia bisa mendorong terus pengaktifan Pelabuhan, bukan menuntun Aceh. Jadi, di sini bisa dibangun hilirnya nanti. 

Kepada Pemda maupun importir dan investor, meminta pasar jangan terbatas di Malaysia dan di Tahiland saja, tapi bisa menembus Singapore.

Baca juga: Pelabuhan Kuala Langsa Mulai Ekspor Perdana, Ini Pesan Pj Gubernur Aceh

 Kebetulan, sambung Prof. Rokhmin Dahuri, beliau saat ini juga Ketua Gerakan Nelayan Tani Indonesia, waktu itu sambil memanggil Faisal (Ketua Gerakan Nelayan Tani Aceh) yang hadir di sana. 

Saat ini ada investor sangat bonefit dari China untuk memproduksi budaya ikan guna mengekspor langsung ikan hidup berupa ikan kerapu, lobster, dan lainnya.

Kalau dengan keadaan hidup, kerapu bebek itu bisa mencapai Rp 1,5 juta per kg, tapi begitu fres atau dieskan maka harganya sudah jadi Rp 300 ribu, jika sudah beku sudah Rp 150 ribu per kg. 

Zaman jahiliah tahun 2015-2019 kita dilarang menggunakan kapal mengangkut ikan hidup, tapi sejak Menteri Perikanan dan Kelautan Edy Prabowo dan sekarang tidak ada jahiliah lagi.

Sekarang kapal sudah dibolehkan lagi mengangkut ikan hidup ke luar negeri sepanjang di kapal itu tidak membawa barang terlarang seperti narkoba dan lainnya. 

Jadi, dua mingu lagi nanti ada investor dari Taiwan yang akan menemui Pj Gubernur untuk diajak ke Aceh.

"Kita harus timbulkan trust, bahwa berinvestasi dan berbisnis di Provinsi Serambi Mekkah ini aman tentram dan pasti menguntungkan," sebutnya. 

Terakhir, kata Profesor, produk yang diekspor harus yang kompetitif, artinya barang yang diekspor harus bagus, seperti ikan tuna, juga harus murah dari kompetitor lain.

Kemudian seperti saran Kepala Perwakilan Kemenkeu Aceh Safuadi, di Aceh dibangun SMK atau Fakultas Perikanan dan Kelautan yang benar-benar skill full. 

Itu akan bisa berdiri dengan sinergi dan dengan rahmat dan ridha Allah.

Mudah-mudahan acara launching perdana ekspor di Pelabuhan Kuala Langsa ini jangan seperti hangat-hangat taik ayam, hanya semangat pada saat acara. 

"Para pengusaha dan seluruh pendekar pejuang Aceh ini harus berlanjut, kita bangun dan sejahterakan Indonesia dimulai dari Aceh dan bil khusus dari Kota Langsa," imbuhnya. 

Baca juga: Pelabuhan Kuala Langsa Dibuka Lagi, Ekspor Perdana Selasa Depan, KSOP dan Pemilik Kapal Nagata Islah

Dua Kapal Ekspor Perdana ke Malaysia - Thailand Lewat Pelabuhan Kuala Langsa 

Lauching perdana ekspor di Pelabuhan Kuala Langsa yang digagas Pemko Langsa, Selasa (7/3/2023) dua kapal milik penguasaha dilepas membawa ikan dan barang campuran tujuan negara Malaysia dan Thailand.

Pj Wali Kota Langsa, Ir. Said Mahdum Majid, mengucapkan, alhamdulillah setelah cukup lama berproses akhirnya ekspor produk pertanian, perkebunan, dan perikanan dari pelabuhan Kuala Langsa dapat terlaksana kembali. 

Kegiatan ekspor yang di launching hari ini diharapkan berbeda dengan kegiatan ekspor yang sebelumnya dilakukan oleh para eksportir/importir. 

Jika ekspor/impor sebelumnya sifatnya personal, tidak rutin atau tidak terjadwal.

Maka pada momen ini  dilaunching kegiatan ekspor yang rutin/terjadwal dan bisa dimanfaatkan bersama-sama oleh para pelaku ekspor/ impor.  

Menurut Said Mahdum, pelayaran ini akan menggunakan 2 unit kapal kayu, yaitu KM Nagata 75 GT milik Muslim dari Banda Aceh dan KM Bowou Farungo 108 GT  milik Anto dari Tanjung Balai Asahan. 

Baca juga: Pilu! Pria Ini Nyamar Jadi Badut ke Acara Pernikahan Mantan, Ayah Pengantin Tak Kuasa Tahan Air Mata

Kedua kapal tersebut termasuk dalam jenis general cargo yang bisa membawa muatan barang campuran, dalam istilah yang populer di kalangan pelaku ekspor impor disebut kapal sayur. 

Dalam pelayaran kali ini KM Nagata akan membawa muatan berapa ton ikan dengan tujuan Port Klang Malaysia. 

Sedangkan KM Bowou Farungo akan membawa berapa ton dengan tujuan Lumut Port dan Hutan Melintang Malaysia. 

Kegiatan ekspor ke Malaysia dan Thailand ini merupakan perwujudan nota kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang ditandatangai dalam pertemuan tingkat Menteri di Langkawi pada tanggal 20 Juli 1993. 

Dalam nota kerjasama tersebut, Aceh termasuk sebagai salah satu wilayah prioritas kerjasama IMT GT. 

Dengan demikian kegiatan ekspor impor ini sudah sepantasnya untuk didukung penuh oleh Pemerintah Pusat.

Agar kesepakatan kerjasama ini terealisir dan memberi manfaat kesejahteraan bagi masyarakat di ketiga negara.

Said Mahdum menyebutkan, belajar dari pengalaman yang sudah-sudah maupun yang saat ini alami.

Agar kegiatan ekspor impor melalui pelabuhan Kuala Langsa dan juga pelabuhan laut lainnya di Aceh dapat berjalan rutin dan berkelanjutan.

Maka ada beberapa hal yang menjadi catatan pihaknya.

Baca juga: Risma Datang, Syarifah Kirim Pesan Lagi ke Asib Ali, Bilang Masih Sayang

Doantaranya sangat mendesak adanya trader lokal yang handal yang menangani aspek jual beli komoditinya. 

Atau mengajak para trader dari Tanjung Balai dan Belawan agar mau memperluas usahanya ke Kota Langsa karena merekalah yang mempunyai barang muatan.  

Selama ini pengumpul komoditi di Aceh jual komoditinya ke juragan yang ada di Tanjung Balai atau Medan. 

Merekalah yang berhadapan dengan  pembeli di luar negeri/end buyer. 

Dengan demikian ketersediaan kapal angkutan langsung dari Kuala Langsa ke Malaysia dan Thailand yang menawarkan efisiensi waktu.

Serta biaya belum akan berdampak dalam waktu dekat pada kelangsungan pelayaran jika trader-nya masih lebih memilih dari luar Aceh. 

Lalu, perlu adanya perwakilan dagang Aceh di negara mitra, khususnya Malaysia dan Thailand yang mempromosikan dan memasarkan komoditi Aceh. 

Membuat kerjasama dengan perkumpulan diaspora Aceh di Malaysia yang jumlahnya mencapai lebih dari 640.000 orang, 25.000 diantaranya adalah pemilik kedai runcit.  

Di Thailand juga bisa membuat komitmen kerjasama dengan asosiasi pedagang Muslim Thailand atau pihak lainnya.  

Perlu adanya regulasi di Aceh yang mengatur tata niaga komoditi Aceh sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. 

Selama ini pelabuhan laut dan udara di Aceh belum menjadi pintu keluar (outlet) utama komoditi Aceh, sebagian besar masih melalui pelabuhan laut dan udara di luar Aceh.

Baca juga: Pelabuhan Kuala Langsa Mulai Ekspor Perdana, Ini Pesan Pj Gubernur Aceh

Yang tersisa untuk Aceh hanya jalan-jalan yang rusak karena angkutan sering kelebihan muatan.

Kemudian, Bank Aceh Syariah dan bank-bank lain yang ada di Aceh diharapkan lebih menunjukkan keberpihakannya pada sektor produksi dan perdagangan, terutama untuk  komoditi yang berorientasi ekspor. 

Selama ini banyak pelaku bisnis mengeluh kesulitan mengajukan kredit pembiayaan untuk usaha karena bank lebih memilih main aman melalui kredit konsumtif untuk pegawai. 

Selanjutnya, dinas terkait juga harus mengedukasi petani,  pekebun, dan petambak agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas ekspor, termasuk penanganan pasca panen, pengemasan dan pemasarannya.        

Kampus diharapkan terlibat aktif dalam riset dan pengembangan produk pertanian, perkebunan, dan perikanan yang berkualitas dan laku di pasaran luar negeri. 

Demikian juga untuk pengembangan promosi dan pemasaran melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Apa yang kami sampaikan di atas hendaknya menjadi perhatian dan mendorong komitmen yang lebih kuat dari semua pihak untuk optimalisasi pelabuhan Kuala Langsa dan pelabuhan lainnya yang ada di Aceh. 

"Infrastruktur kepelabuhanan kita cukup memadai, tetapi saat ini belum memberikan dampak positif yang signifikan untuk kesejahteraan masyarakat Aceh," sebutnya.

Kepada Pj. Gubernur Aceh, Pj Wali Kota juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pengusaha ekspor Muslim dan saudara Anto.

Pemilik kedua kapal yang berani mengambil resiko merintis pelayaran rutin dari Kuala Langsa ke Malaysia dan Thailand. 

Ini butuh pengorbanan yang luar biasa dari sisi biaya, tenaga, waktu dan lain-lain. 

Pihaknya yakin dengan kerja keras, kerjasama, dan konsistensi insya Allah akan berhasil. 

Memang diawal ini sangat berat, bahkan untuk menutupi biaya operasional sekalipun, tetapi lama kelamaan orang akan tahu dan mau mengalihkan alur keluar komoditi Aceh melalui pelabuhan Kuala Langsa.  

Launching Ekspor Perdana di Pelabuhan

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki diwakili Kadishub Aceh T Faisal, Selasa (7/3/2023) melaunching ekspor perdana di Pelabuhan Kuala Langsa pertanda diaktifkannya kembali salah satu pelabuhan tertua di Aceh itu.  

Hadir Penasehat Mentri Perikanan Prof. Rokhmin Dahuri, Pj Wali Kota Langsa Ir. Said Mahdum Majid, Kepala Perwakilan Kemenkeu Aceh, Safuadi, Pj Bupati Aceh Tamiang, Meurah Budiman.

Lalu, sejumlah anggota DPRA Irfansyah, Asrizal Asnawi, Nova Zahara, Edy Asaruddin, Kepala KSOP Andi Laisdi, Kepala Pelindo Kuala Langsa Nova, Komisaris Pelindo Lhokseumawe, Perwakikan Karantina Pertanian Aceh Novan KR.

Plt Sekdako Langsa M. Darpian, ST, Kepala Stasiun Radio Pantai Kuala Langsa, Hery, serta seluruh Kepala SKPK jajaran Pemko Langsa, dan perwakilan Bupati/Wali Kota se-Aceh, serta lainnya.

Pj Gubernur melalui Kadishub Aceh T Faisal, menyampaikan, terima kasih dan penghargaan serta selamat kepada semua pihak khususnya Pemko Langsa atas kegiatan ekspor perdana komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini.

Menurutnya, peresmian ekspor perdana komoditas unggulan daerah ini merupakan suatu capaian yang tentunya harus disyukuri.

Karena InsyaAllah akan berdampak pada perputaran roda perekonomian daerah baik di daerah-daerah yang menghasilkan komoditas ekspor itu maupun daerah-daerah penyangga lainnya. 

Yang secara keseluruhan tentunya akan berpengaruh pada pencapaian peningkatan ekonomi masyarakat di Provinsi Aceh.

"Disamping itu, kegiatan ekspor yang kita lakukan ini juga menunjukkan bahwa komoditas unggulan daerah kita baik dari sektor pertanian, perkebunan.

Maupun perikanan dapat diandalkan dan mampu bersaing tidak saja di pasar dalam negeri, tetapi juga di pasaran luar negeri," ujarnya.

Sebenarnya selama ini banyak komoditas unggulan dari Provinsi Aceh yang diekspor ke luar negeri melalui jalur di luar Provinsi Aceh.

Maka dengan diresmikan ekspor perdana melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini, kami harapkan agar peluang ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak.

Khususnya para pengusaha kita untuk terlibat aktif menyiapkan, mengidentifikasi dan menggali potensi komoditas-komoditas unggulan lainnya yang berorientasi ekspor.

Agar terjaganya kesinambungan kegiatan ekspor komoditas kita masa yang akan datang.

Saya secara pribadi dan atas nama Pemerintah Aceh, tentu sangat tidak menginginkan apabila kegiatan pada hari ini merupakan kegiatan perdana sekaligus kegiatan terakhir.

Banyak pengalaman kita selama ini, kegiatan ekspor hanya meriah dan bersemangatnya pada saat peresmian, namundalam perjalanan waktu tidak ada lagi keberlanjutannya.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menekankan agar seluruh stakeholders yang terlibat.

Baik pengusaha maupun pemerintah daerah supaya benar-benar serius dan berkomitmen untuk mempersiapkan diri dalam rangka menjaga keberlangsungan kegiatan ekspor ini nantinya.

Baca juga: Bertemu Haji Uma, Kapolres Aceh Timur Mengaku Dilematis Tangani Kasus Warga Racuni Harimau

Dikatakan Pj Gubernur Aceh, kolaborasi dan kerjasama yang baik antar mitra yaitu pemerintah, pelaku bisnis, pengusaha atau petani komoditas unggulan.

Serta pemangku kepentingan lainnya merupakan kunci terjaminnya kesinambungan kegiatan ekspor melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini.

Sebagaimana kita maklumi, bahwa sektor pertanian, perkebunan dan perikanan merupakan diantara sektor-sektor yang mempunyai daya tahan kuat.

Terhadap berbagai hantaman dinamika perekonomian dunia, tak terkecuali saat terjadinya pandemi Covid-19. 

Dimana banyak sektor lainnya pada saat pandemi mengalami keterpurukan, namun sektor pertanian, perkebunan dan perikanan mampu bertahan.

Karena sebenarnya sektor ini merupakan sektor esensial yang selalu dibutuhkan oleh seluruh manusia untuk bertahan hidup.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, nilai ekspor secara keseluruhan di Aceh dalam dua tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan. 

Pada tahun 2021, nilai ekspor Aceh mencapai 502,40 juta USD, dan pada tahun 2022 meningkat sebesar 46,91 persen menjadi 738,06 juta USD. 

Baca juga: Guru Asal Aceh Singkil Meninggal Kecelakaan di Abdya, Sedang Urus Surat Mutasi ke SDN 11 Manggeng

Demikian juga, apabila kita bandingkan nilai ekspor Aceh antara bulan Januari dua tahun terakhir, yaitu nilai ekspor Aceh pada Bulan Januari 2022 sebesar 31,64 juta USD.

Sedangkan bulan Januari 2023 yang lalu sudah mencapai 69,77 juta USD atau meningkat mencapai 120,51 persen.

"Mudah-mudahan, dengan dimulainya ekspor komoditas unggulan Aceh melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini, nilai ekspor kita akan terus meningkat secara signifikan lagi.

Peningkatan ekspor khususnya dari komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan ini tentunya berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan," harapnya. (*)

Berita Terkini