Imigran Rohingya kembali masuk ke Aceh melalui Aceh Timur, Senin (27/3/2023). Mereka diturunkan secara paksa dari kapal saat berada di laut dan kemudian ditinggal kabur. Saat ini, para imigran tersebut telah dipindahkan ke kamp penampungan sementara di Kabupaten Pidie.
ALI Hussein merupakan salah satu dari 183 imigran Rohingya yang mendarat di pesisir Desa Matang Peulawi, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, Senin (27/3/2023). Ia bisa berbahasa Melayu, sehingga dari dialah banyak didapat informasi bagaimana ia dan ratusan imigran lainnya bisa tiba di pesisir Aceh Timur.
Ali mengatakan, mereka berangkat dari Bangladesh dengan tujuan ke Malaysia. Tetapi dalam perjalanan, mereka diturunkan di laut dan diminta berenang ke pantai setelah tekong atau nakhoda kapal menyatakan mereka sudah sampai. Selanjutnya, kapal tersebut meninggalkan mereka.
"Tujuan kami mau ke Malaysia. Kata tekong, kami sudah sampai sehingga kami diminta segera turun," kata Ali Hussein.
Setelah itu, ia bersama seratusan pengungsi lainnya, termasuk anak-anak dan perempuan, akhirnya berenang ke daratan, sedangkan kapal yang membawa mereka langsung pergi. "Saat itu kondisinya masih gelap. Kami semua berenang ke daratan untuk menyelamatkan diri. Hingga kami dibawa ke tempat ini," kata dia.
Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftach Tjut Adek, kepada Antara mengatakan, peristiwa kapal yang membawa imigran kabur seperti itu sudah dua kali terjadi di Aceh. Peristiwa pertama terjadi di wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
"Sudah dua kali kejadiannya, pertama di Abdya (Kabupaten Aceh Barat Daya), itu yang menjadi modus yang akan bermasalah dengan hukum," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan warga etnis Rohingya itu masuk ke Aceh melalui perairan Gampong Matang Peulawi, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Senin (27/3/2023) sekitar pukul 03.00 WIB. Jumlah mereka 183 orang, dengan rincian 70 orang perempuan, 20 remaja, 3 balita, dan selebihnya pria dewasa.
Dipindahkan
Setelah beristirahat sebentar di balai Desa Matang Peulawi, seluruh imigran Rohingya itu lalu dipindahkan ke penampungan sementara di Kabupaten Pidie. Proses pemindahan dilakukan pada Selasa (28/3/2023) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB.
“Saat ini mereka telah dipindahkan ke tempat penampungan di Pidie,” kata Senior Communications Assistant UNHCR Indonesia, Muhammad Yanuar Farhanditya di Banda Aceh, Selasa (28/3/2023) sebagaimana dikutip Serambi dari Antara.
Yanuar mengatakan, begitu mendengar kabar ada satu kelompok Rohingya berjumlah 183 orang mendarat di Aceh Timur, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan para mitra di Aceh untuk memastikan adanya layanan kesehatan, air bersih serta makanan bagi para pencari suaka tersebut.
“UNHCR memastikan adanya makanan, air bersih, layanan kesehatan dan penampungan yang layak bagi para pengungsi Rohingya tersebut,” ujarnya.
UNHCR, kata dia, mengapresiasi respons cepat dan kemurahan hati para pihak otoritas dan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur yang telah menolong para etnis Rohingya itu. UNHCR juga berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam memberi perlindungan bagi pengungsi.
“UNHCR telah melaksanakan proses preregistrasi dan tetap berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi para pengungsi yang ada,” ujarnya.
Rizal pendamping lokal di Desa Matang Peulawi, kepada Serambi juga mengatakan bahwa para imigran Rohingya tersebut sudah dibawa ke tempat penampungan di Kabupaten Pidie. "Semuanya sudah diberangkatkan ke Pidie menggunakan 6 bus pada Selasa dini hari sekitar pukul 02.00 WIB," ungkap Rizal.
Rizal menjelaskan, cepatnya proses evakuasi itu sesuai dengan permintaan masyarakat desa agar para imigran segera dipindahkan ke lokasi yang lebih layak. Selain itu warga juga tidak ingin muncul efek sosial yang tidak diinginkan akibat keberadaan para imigran.
“Secara kemanusiaan, warga desa sudah sangat membantu dengan memberikan tempat tinggal sementara, makanan, dan pakaian bagi para Rohingya tersebut,” ujarnya.
Percepat relokasi
Sementara itu, Pemerintah Aceh berharap agar pengungsi etnis Rohingya yang kini ditampung di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie agar segera direlokasi ke tempat yang representatif. Di sisi lain, penghentian gelombang pengungsi perlu dilakukan agar Aceh tidak selalu menjadi tujuan transit pengungsi.
Di Kabupaten Aceh Besar, para imigran tersebut ditampung di UPTD Rumoh Sejahtera Bejroh Meukarya (RSBM) Ladong milik Dinas Sosial Aceh. Saat ini terdapat lebih dari 300 pengungsi yang ditampung di lokasi tersebut.
“Bangunan itu (peruntukannya) digunakan sebagai pusat pelatihan dan peningkatan skill penyandang disabilitas dan orang yang mengalami persoalan sosial. Kami ingin menggunakan kembali bangunan tersebut sesuai dengan fungsinya,” kata Kepala Dinas Sosial Aceh, Yusrizal, kepada Kompas.com, Selasa (28/3/2023).
Menurut Yusrizal, masa tanggap darurat kemanusian telah dilakukan sehingga sudah saatnya pengungsi direlokasi ke tempat lain. Selain di Aceh Besar, ratusan pengungsi Rohingya juga ditampung di bangunan milik Yayasan Mina Raya, Kabupaten Pidie. Mereka telah menempati lokasi itu sejak Januari 2023. Sebagian pengungsi dilaporkan telah kabur dari kamp penampungan.(sn/ant/kompas.com)