Oleh: Dr Teuku Zulkhairi, MA
(Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh)
SERAMBINEWS.COM - Semua anak cucu Adam tidak bisa terhindar dari dosa dan kesalahan. Hal tersebut karena manusia bukanlah Malaikat.
Malaikat hanya memiliki akal tidak punya nafsu. Maka Malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah dan senantiasa mengerjakan perintah Allah Swt kepada mereka.
Sementara manusia, selain diberikan akal oleh Allah, juga diberikan nafsu. Hal itu kemudian membuat iman kita sebagai muslim menjadi “kadang bertambah dan terkadang berkurang”.
Itulah keadaan kita sebagai hamba Allah di atas muka bumi ini. Dan kita harus memahami keadaan dan posisi kita seperti ini di hadapan Allah, bahwa kita adalah makhluk pendosa.
Agar kita sadar siapa diri kita di hadapan Allah Swt, maka Allah mengingatkan kita dalam Alquran Surah An-Najm ayat 32 "Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."
Kemudian, Rasulullah juga bersabda melalui hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, belia berkata: “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.”
Jadi kita tidak bisa terhindar dari dosa. Dan oleh sebab itu kita sangat dilarang merasa diri kita suci dar dosa.
Karena siapa yang merasa dirinya suci, niscaya dia akan merasa tidak butuh kepada Allah Swt, akan enggan untuk tunduk hina di hadapan Allah Swt.
Dapat juga dipahami bahwa siapa yang tidak mau meminta ampun kepada Allah Swt, bisa jadi ia tidak menyadari posisi kehinaannya di hadapan Allah.
Maka itu, Rasulullah Saw kembali menegaskan posisi kita sebagai makhluk yang tidak maksum, tidak terjaga dari dosa-dosa (tidak) sebagaimana Nabi Muhammad Saw yang maksum.
Melalui hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, kita akan bisa memahami kita dimana Rasulullah Saw mengatakan : “Setiap Bani Adam itu berbuat salah (pendosa) dan sebaik-baik pendosa adalah orang-orang yang bertobat”.
Jadi Allah menyukai apabila kita sadar posisi kita sebagai pendosa dan kemudian mau bertaubat. Bahkan, dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah menegaskan dengan sangat tegas bahwa:
“Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah benar-benar akan menghilangkan kamu, dan pasti akan mendatangkan suatu kaum yang mereka akan berbuat dosa, lalu mereka akan memohon ampun kepada Allah, lalu Dia akan mengampuni mereka”.
Ramadhan membuka pintu keampunan
Tapi kita dilarang berputus asa. Karena Allah mencintai orang-orang mau bertaubat.
Allah menegaskan dirinya adalah Zat Yang Maha Penerma Taubat. Dan kita diberikan banyak kesempatan untuk bertaubat dan untuk menghapus dosa-dosa kita.
Salah satunya yaitu melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Bahkan seluruh amalan di bulan ramadhan itu akan mendatangkan keampunan Allah Swt.
Di sisi lain, puasa yang kita kerjakan ini bukan saja akan menghapus dosa-dosa kita, namun juga menjadi media kita melatih diri agar menjadi muslim sejati yang memiliki karakter mulia sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Dengan memahami posisi kita sebagai pendosa di hadapan Allah Swt, maka insya Allah kita akan semangat melaksanakan ibadah puasa ramadhan.
Kita akan semangat mengejar keampunan Allah sebab ramadhan menyediakan peluang pengampunan yang besar sampai-sampai Rasulullah Saw mengatakan :
“Celakalah orang yang melewati (memasuki) bulan ramadhan tapi dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah Swt”.
Rasulullah Saw katakan seperti itu karena memang ramadhan membuka pintu keampunan yang sangat luas. Dengan keampunan itu, harapan kita dapat kembali kepada Allah Swt dalam keadaan bersih dari dosa. Semoga saja. Amiin ya Rabb. (*)
*) PENULIS adalah Dr Teuku Zulkhairi, MA | Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh.
Artikel ini menjadi tanggung jawab penulis.