RISMA, Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik Kampus UBBG Banda Aceh, melaporkan dari Darussalam, Banda Aceh
Universitas Syiah Kuala (USK) merupakan perguruan tinggi negeri tertua di bumi Serambi Mekah berdiri sejak awal abad ke-20. Awal mula didirikannya universitas tersebut merupakan sebuah perwujudan keinginan rakyat Aceh untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi yang sebagaimana Aceh pernah berkembang pada masa Kesultanan Aceh Darussalam.
Pada saat itu, tepatnya di masa Sultan Iskandar muda, Aceh menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Nusantara dan wilayah Asia. Di samping itu, ada perang yang sudah berkepanjangan dan pergolakan yang melanda Aceh telah mengakibatkan Aceh terbelakang dalam bidang pendidikan anak bangsa Aceh mengalami kehancuran akibat perang yang berkepanjangan itu untuk membangun kembali Aceh dari ketertinggalan dan keterbelakangnya masyarakat Aceh yang menginginkan untuk pembangunan perguruan tinggi sebagai tempat untuk mendidik anak-anak negeri hal tersebut menjadi keinginan yang perlu segera diwujudkan.
Usia adalah wujud dan jawaban dari keinginan masyarakat Aceh untuk ingin mempunyai lembaga tempat anak-anak negeri belajar memperkaya iman, mengembangkan ilmu, memperdalam pengabdiannya bagi Tanah Rencong Nusantara dan umat manusia.
Sejarah pembentukan USK (dulu Unsyiah) dimulai pada tahun 1957, saat pembentukan kembali Provinsi Aceh. Semenjak saat itu pemimpin pemerintahan di Aceh, antara lain, yang terdiri atas Gubernur Ali Hasjmy, Penguasa Perang Daerah Letnan Kolonel H Syamaun Gaharu dan Mayor Teuku Hamzah Bendahara, serta didukung para penguasa cendekiawan, ulama, politisi, dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.
Pada tahun 1958, tepatnya pada 21 April tahun 1958, dibentuklah sebuah badan bernama Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA). Yayasan ini pada awalnya dipimpin oleh Bupati M Husin, kepala pemerintahan umum pada Kantor Gubernur Aceh kala itu.
Selanjutnya oleh Ali Hasjmy, gubernur provinsi daerah istimewa Aceh. Adapun tujuan didirikannya sebuah yayasan ini yaitu untuk membangun Aceh dalam bidang rohani dan jasmani sebagai perwujudan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Program penting yang disusun oleh YDKA, antara lain, untuk mendirikan perkampungan pelajar atau mahasiswa di ibu kota Provinsi Aceh dan di setiap ibu kota/kabupaten dalam Daerah Istimewa Aceh. Dan pengusahaan berdirinya satu universitas untuk daerah istimewa Aceh.
Seirama dengan gagasan pembangunan Daerah Penguasa Perang Daerah Istimewa Aceh pada 29 Juni 1958 membentuk pula sebuah badan penting yang diberi nama komisi perencanaan dan pencipta Koplema Darussalam. Badan yang merupakan saudara kandung YDKA ini melakukan sinergi dalam mewujudkan cita-cita membangun kop 5 Darussalam dan USK.
Tekad bulat pemerintahan dan rakyat Aceh untuk membangun kembali Aceh khususnya dalam bidang pendidikan tertanam dalam kokoh dan kuat di dalam jiwa mereka. Tekad ini telah melahirkan perbuatan yang nyata pada 17 Agustus 1958, Menteri Agama, KH Mohd Ilyas atas nama Pemerintah Republik Indonesia melakukan peletakan batu pertama pembangunan Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam peristiwa ini diikuti oleh peletakan batu pertama pembangunan gedung pertama usia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Priyonto, yang dilakukan dalam kurun waktu seminggu kemudian.
Pada setahun kemudian, tepatnya 2 September 1959, Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam masyarakat Aceh secara resmi dibuka oleh Presiden Soekarno, dengan serangkaian acara bersejarah lainnya. Lalu diiringi dengan pembukaan selubung tubuh Darussalam dan peresmian pembukaan fakultas pertama di USK, yaitu Fakultas ekonomi sebagai embrio USK.
Setelah peresmian tersebut Ali Hasyimy kemudian menjadikan tanggal 2 September sebagai “Hari Pendidikan Daerah Istimewa Aceh” (Hardikda) Hardikda ini kemudian diperingati dan dirayakan setiap tahunnya di seluruh wilayah Aceh. Yang diperingati sebagai hari yang mengandung makna kelahiran kembali Sprite pendidikan di bumi serambi Mekah ini.
Presiden Soekarno, dalam surat pernyataan pembukaan Kopelma Darussalam tanggal 2 September 1959, menyatakan bahwa "Darussalam sebagai pusat pendidikan daerah Aceh adalah sebagai lambang iklim damai dan suasana persatuan, sebagai hasil kerjasama rakyat dan para pemimpin Aceh dan sebagai model pembangunan dan kemajuan bagi daerah Aceh dan Indonesia pada umumnya."
Proklamator republik Indonesia itu pun menorehkan kata-kata yang bermakna sangat dalam, kata-kata tersebut kemudian diabadikan pada Tugu Darussalam yang terletak di tengah-tengah Kampus Unsyiah, yang berbunyi, "Tekad bulat melahirkan perbuatan nyata. Darussalam menuju kepada pelaksanaan cita-cita."
Peresmian unysiah sebagai universitas negeri dilakukan pada tanggal 27 April 1962 berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan nomor 11 tahun 1961 tanggal 21 Juni. Dalam surat keputusan itu maka ditetapkanlah pula hari jadi atau hari lahir Unsyiah yang jatuh pada tanggal 2 September 1961.
Peresmian yang dilakukan oleh presiden Soekarno dalam suatu upacara besar dan bersejarah itu di Banda Aceh dihadiri oleh sejumlah menteri, duta besar, wartawan, dan ribuan rakyat Aceh dari segala lapisan masyarakat.
Unsyiah berjarak 10 kilometer dari balai Kota Banda Aceh, terdapat salah satu ciri khas, yaitu terdapatnya sebuah Tugu ( Monumen) yang berdiri kokoh di hamparan padang rumput hijau yang luas pada Tugu ini yang kemudian menjadi salah satu unsur utama pembentuk lambang resmi Kampus Unsyiah itu terdapat sebuah prasasti berisi sara kata yang ditulis dan ditandatangani langsung oleh presiden Ir. Soekarno, yang merupakan presiden pertama republik Indonesia. Ketika berkunjung ke koplema Darussalam pada 2 September 1959 presiden Soekarno menuliskan "Tekad bulat masyarakat Aceh yang melahirkan perbuatan nyata, Darussalam menuju kepada pelaksanaan cita-cita." Sungguh tidak banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Tugu (Monumen) dan sarakata yang ditandatangani sang proklamator kemerdekaan RI itu. Pada tugu tersebut terpatri pesan moral dan spirit bagi masyarakat Aceh.
Sejarah telah membuktikan bahwa tekad bulat masyarakat Aceh telah mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, dan kenyataan ini telah diabadikan dalam guratan pada Tugu Darussalam melalui tulisan tangan seorang pemimpin negara. Mulai saat itu, Semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala. Masyarakat yang tinggal di daerah Darussalam ikut serta menyumbang tenaganya untuk membangun Tugu Darussalam, yang dipandang sebagai “Jantung Hati Rakyat Aceh”. Semoga masyarakat Aceh tidak melupakan bagaimana sejarah terbentuknya perguruan tinggi negeri tertua bersama Tugu Darussalam, kebanggaan Bumi Serambi Makkah ini. (*)