Kereta Api

Nostalgia Kereta Api Aceh Tempo Doloe Kini Ada di Bireuen, Melintasi Krueng Geukuh-Kutablang

Penulis: Yusmandin Idris
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kereta Api Cut Mutia menempuh rute Krueng Geukuh–Kutablang dan singgah di beberapa stasiun terakhir stasiun Kutablang Bireuen di kawasan Paya Rangkuluh.

Laporan Yusmandin Idris I Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Sejak beberapa waktu lalu, Kereta Api (KA) Perintis Cut Mutia di Aceh kembali melayani rute Krueng Geukuh sampai ke stasiun Kutablang di kawasan Desa Paya Rangkuluh, Bireuen.

KA Cut Meutia singgah di Stasiun kawasan Cot Puuk Geurugok dan Kutablang, sehingga kereta tersebut akan berhenti di lima stasiun mulai dari Krueng Geukuh sampai Kutablang.

Amatan Serambinews.com, Jumat (16/6/2023) di stasiun Cot Puuk Kutablang, ada belasan orang menunggu munculnya KA tersebut dari arah timur, dengan jadwal perjalanan diatur sedemikian rupa.

Beberapa menit sebelum tiba di stasiun tersebut terdengar suara klakson dari jauh berkali-kali, warga langsung melihat ke arah timur.

Detik-detik 3 Kereta Api Adu Banteng di India, 900 Orang Terluka, 280 Tewas, Korban Saling Tindih

Berselang beberapa menit KA tiba dan berhenti di stasiun tersebut, ada puluhan penumpang turun dan ada belasan penumpang naik ke KA tersebut.

Dua petugas di stasiun KA Cot Puuk Gandapura langsung mendekat dan menyambut para penumpang yang turun serta meminta penumpang yang akan naik untuk segera naik.

Beberapa penumpang mengaku dari Krueng Geukuh ke Geurugok bersama keluarganya menikmati perjalanan KA dengan ongkos Rp 2.000/orang.

Menhub RI Naiki Kereta Api Cut Meutia Menuju Kutablang Bireuen (YOUTUBE SERAMBI ON TV)

Kereta buatan PT INKA ini akan berangkat 8 kali setiap hari, dengan 4 kali keberangkatan masing-masing dari Stasiun Krueng Geukueh sampai ke Stasiun Kutablang.

Kereta paling awal berangkat pada pukul 07.20 WIB dari Stasiun Krueng Geukueh, sedangkan kereta terakhir berangkat dari Stasiun Kutablang pada pukul 17.35 WIB.

Informasi diperoleh perjalanan KA Cut Meutia hingga stasiun akhir akan ditempuh selama 1 jam 3 menit.

Untuk menaiki KA Cut Meutia, penumpang hanya perlu membayar sebesar Rp 2.000 saja untuk satu kali perjalanan.

Dalam perjalanan kemarin, Darma bertindak sebagai masinis. Sedangkan para penumpang terdiri atas lelaki dewasa, wanita dan anak anak. Mereka menikmati perjalanan dan melihat pemandangan alam di sepanjang rute tersebut.

Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di stasiun Kutablang mengaku hendak ke Kruengmane, Aceh Utara. Ia sudah dua kali memanfaatkan jasa KA tersebut.

BERI KETERANGAN - Anggota Komisi V DPR RI, H Ruslan M Daud SE MAP, bersama Menteri Perhubungan, Ir Budi Karya Sumadi, memberikan keterangan kepada wartawan di Stasiun Kereta Api Kutablang, Bireuen, pada Sabtu (1/4/2023). FOTO YUDI WBC (FOTO YUDI WBC)

Amatan Serambinews.com, ada puluhan orang memanfaatkan KA tersebut dari Krueng Geukuh ke Kutablang Bireuen, begitu juga sebaliknya ada juga yang naik dari Kutablang ke Krueng Cot Puuk maupun ke Krueng Geukuh.

Banyaknya warga naik KA Cut Mutia, selain bepergian juga melihat suasana sepanjang perjalanan KA tersebut, anak-anak dengan leluasa melongok ke jendela, melihat kiri kanan maupun arah depan KA tersebut.

Pemandangan ini seolah memawa kembali nostalgia tempo doloe dimana Aceh pernah jaya dengan transportasi kereta api.

Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di sejumlah daerah di Aceh. Kereta api saat itu sudah bisa melaju di beberapa kota, termasuk dari Sigli menuju Lhokseumawe. Dan saat itu kereta api di Aceh telah dibuka untuk umum.

Hingga pada tahun 1919, rel kereta api dari Medan menuju Banda Aceh telah diresmikan. Saat itu perjalanan dari Banda Aceh ke Medan memakan waktu 2 hari.

Mengutip tulisan berjudul "Kereta Api Aceh Dulu dan Kini" yang diterbitkan Tabloid Aceh TRANSit Edisi 9, sejarah perkeretaapian nusantara dimulai tanggal 17 Juni 1864 diawali pembangunan rel lintasan Desa Kemijen – Desa Tanggung sepanjang 26 km. Pada tahun 1874 atau 10 tahun kemudian, rel kereta api pertama dibangun di Aceh oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54, James Loudon, dengan lintasan Ulee Lheue – Kuta Radja.

Pada tahun 1884, jalur kereta api diubah lebar relnya, dari 1067 mm menjadi 750 mm. Hal ini sesuai dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu jalan rel yang akan dibangun harus berada pada satu ruang dengan jalan raya.

Kereta api ini dioperasikan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia – Belanda, Atjeh Tram (AT) yang berubah nama menjadi Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) pada tahun 1916. Perusahaan tersebut mengelola perkeretaaapian di Aceh dengan panjang lintasan 511 km dengan total investasi yang pembangunan sebesar 20.000.000 gulden atau setara ± Rp. 10,5 triliun jika dikonversi dengan nilai rupiah saat ini.

Namun pada tahun 1982 angkutan kereta api Aceh benar-benar terhenti, karena tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik pada saat itu.

Trans Sumatera Railway

Pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera. Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development yang akan menghubungkan kota-kota di Aceh dengan kota-kota lain di Sumatera.

Pembangunan kereta api Aceh dimulai kembali dari lintas Bireuen – Lhokseumawe dengan lebar sepur 1435 mm (standard gauge) sesuai dengan rekomendasi dari sebuah perusahaan asal Perancis Société Nationale des Chemins de fer Français (SNCF) melakukan studi di tahun 2005 dan merekomendasikan lokasi tersebut karena dinilai sangat strategis dari segi potensi pengembangan wilayah kedua daerah tersebut.

Pada tahun 2013, lintasan Bireuen – Lhokseumawe dengan Stasiun Krueng Mane – Stasiun Bungkaih – Stasiun Krueng Geukueh dilakukan uji coba dengan panjang lintasan 11,35 km. Lintasan Krueng Mane – Bungkaih – Krueng Geukueh menjadi satu-satunya lintasan aktif di Indonesia yang menggunakan standard gauge yang saat ini digunakan oleh hampir 60 persen trek kereta api di seluruh dunia.

Kereta api yang melayani Stasiun Krueng Mane – Stasiun Krueng Geukueh pertama kali beroperasi pada tanggal 3 November 2016. Kereta Api ini diberi nama KA Cut Meutia yang diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia wanita asal Aceh.

Kereta Api Cut Meutia merupakan salah satu angkutan kereta api perintis yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Indonesia oleh Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Oleh karenanya masyarakat yang ingin menggunakan kereta api ini hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 1000,- per orang.

Saat ini hanya ada tiga Stasiun yang telah beroperasi di Aceh yaitu; Stasiun Krueng Mane, Bungkaih, dan Krueng Geukueh. Sementara itu terdapat dua stasiun yang sudah selesai pembangunannya yaitu; Stasiun Kuta Blang dan Geurugok di Kabupaten Bireuen.

Direncanakan pada lintasan kereta api antara Stasiun Kuta Blang – Krueng Mane akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Jarak antara Stasiun Kuta Blang dengan Krueng Mane adalah sejauh 10,1 km, sehingga apabila lintasan ini dioperasikan, total keseluruhan panjang jalan rel yang beroperasi akan menjadi 21,45 Km. Direktorat Jenderal Perkeretaapian melalui Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatera Bagian Utara juga telah merencanakan pembangunan kembali lintasan ke arah Paloh – Lhokseumawe dengan jarak 8 kilometer.(*)

iPhone 15 Series Rilis Akhir Tahun 2023, Harga Akan Lebih Mahal, Ini Spesifikasinya

Bertahan, Berikut Rincian Harga Emas di Langsa Hari Ini, Sabtu 17 Juni 2023

VIDEO Mac Allister Swafoto Sebelum Timnas Argentina Mendarat, Tim Tango Minta Rahasiakan Hotel

Berita Terkini