video

VIDEO - Kisah Haji Jamil yang Selamat dari Tragedi Cot Jeumpa

Penulis: Zainal Arifin M Nur
Editor: Aldi Rani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam amuk kemarahan yang membara-bara, prajurit TNI menggiring anak-anak, pemuda dan orangtua ke pantai Samudera Indonesia.

Mereka diperintahkan menghadap lautan lepas.

Beberapa detik kemudian, tanpa ampun, moncong senjata otomatis memuntahkan ratusan peluru.

Puluhan tubuh pria tewas membasahi pasir.

Insiden yang meluluhlantakan nilai-nilai kemanusiaan bermula ketika sehari sebelumnya sebuah truk militer membawa berdrum-drum minyak dan 16 tentara melintasi Pulot.

Mendekat jembatan Krueng Raba Leupung, tentara Darul Islam yang dipimpin oleh Pawang Leman menghadang.

Pawang Leman adalah mantan camat setempat yang pada zaman revolusi Indonesia berpangkat mayor.

Tembakan beruntun menyebabkan truk terbakar.

Semua prajurit Batalyon B anak buah Kolonel Simbolon dan anggota Batalyon 142 dari Sumatera Barat anak buah Mayor Sjuib, berguguran dijilat kobaran api.

Tentara Darul Islam menyebut pasukan Republik Indonesia dengan Tentara Pancasila.

Esoknya, satu peleton (berkekuatan 20-40) Tentara Republik melakukan sweeping dan razia di sekitar lokasi kejadian.

Razia dari rumah ke rumah tidak membawa hasil.

Kekesalan tentara sudah di ubun-ubun.

Anak-anak hingga kakek yang ditemukan di jalan atau tempat bekerja digiring ke pantai.

Peristiwa penembakan, banyak yang menyebutnya pembantaian, pertama kali terjadi pada Sabtu, 26 Februari 1955 yang dilakukan oleh Batalyon 142 terhadap 25 petani di Gampong Pulot Leupueng.

Halaman
1234

Berita Terkini