Oleh: Dr. Nurlis Effendi (Nurlis E. Meuko)*
BERBENAH diri, menyelami perkembangan zaman, dan menyiapkan penerus tongkat estafet, itu adalah keniscayaan.
Apalagi di era digital sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi telah memaksa terjadinya lompatan kuantum transformasi.
Dulunya, berdiskusi melalui layar kaca hanya ada dalam film Star Trek.
Kini, bahkan anak Cot Keng di kaki gunung Ulee Gle, Pidie Jaya, pun bisa melakukannya.
Perubahan akibat perkembangan teknologi digital ini sungguh sangat luar biasa.
Interaksi sosial terjadi pergeseran di berbagai sisi.
Di antaranya menggerakkan perubahan struktur ekonomi yang melahirkan e-ekonomi dan bank digital serta membentuk market place.
Hukum-hukum pun bergerak bersalin rupa ke hukum siber.
Politik, tentu saja tak dapat menghindari dari dampak yang sama.
Organisasi politik kini harus memahami algoritma yang dapat menangkap perilaku masyarakat, sehingga dapat menjalankan program politik yang sesuai dengan kemauan rakyat.
Bahkan komunikasi politik pun tidak lagi satu arah, namun berlangsung interaktif dalam artikata audien terlibat aktif dalam komunikasi politik semisal pada media sosial.
Nah, bagaimana dengan Partai Aceh?
Pakar hukum tata negara, Prof Refly Harun, ketika menjadi narasumber Bimtek Partai Aceh di Banda Aceh, pada Sabtu (5 Agustus 2023), mendorong agar Partai Aceh move on, dalam arti kata perlu mengubah marketing politiknya yang lebih kontekstual.
Baca juga: Refly Harun: PA Harus Move On, tak Bisa Lagi Jualan MoU Helsinki dan Sejarah di Pemilu 2024
Pada acara yang sama, Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, memberi masukan agar Partai Aceh lebih komunikatif dengan publik, dan juga mendalami perilaku media sosial untuk membantu pengembangan Partai Aceh.
Baca juga: VIDEO Pemred Serambi Indonesia Jadi Pembicara Bimtek Partai Aceh, Diikuti Puluhan Pengurus Partai
Sedangkan Risman A Rahman, salah satu penulis populer di Aceh, pada tulisannya berjudul Parlok Harus Beda dengan Parnas (Serambinews.com, 8 Agustus 2023) menekankan agar Partai Aceh mempertajam perbedaan dibanding parta-partai lain, sehingga memiliki karakter yang kuat ke-Aceh-an.
Baca juga: Parlok Harus Beda dengan Parnas
Kritik-kritik tersebut patut diapresiasi dan sungguh berguna bagi Partai Aceh.
Begitu juga dengan hujatan untuk Partai Aceh di media sosial, kendati banyak yang tak memiliki dasar dan landasan yang kuat, tetap dapat dipandang sebagai alat pemicu koreksi diri.
Sebetulnya, menyimak pidato politik Ketua Umum DPP Partai Aceh Muzakir Manaf (Mualem) pada pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Aceh di Banda Aceh, pada Sabtu 5 Agustus 2023, sudah cukup memberi gambaran spirit inovasi Partai Aceh.
Susunan pengurus (dibacakan oleh Sekretaris Jenderal DPP Partai Aceh Kamaruddin Abubakar-- Aburazak) diwarnai wajah baru, dari intelektual sampai anak-anak muda.
Baca juga: Resmi Dilantik, Ini Struktur Pengurus PA Periode 2023-2028, Diisi Pemuda, Pengusaha Hingga Akademisi
Duet Mualem-Aburazak tak hanya merombak struktur kabinetnya, namun juga menanamkan perilaku politik kepada kadernya untuk mengutamakan kepentingan rakyat Aceh, dan menjalin kemitraan dengan berbagai komponen untuk kesejahteraan Aceh, serta membangun basis generasi penerus untuk persiapan peralihan tongkat estafet.
Sebagai catatan penting pada gerakan politik Partai Aceh adalah pada prinsip dasarnya yang tak berubah, yaitu tetap mengikuti alur perjuangannya yang sudah terurai dalam MoU Helsinki, serta mengawal agar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh tetap berjalan dengan baik, dan berjuang untuk perpanjangan dana Otonomi Khusus untuk Aceh.
Pertanyaannya bagaimana Partai Aceh menerapkan spirit inovasi tersebut?
Jawabannya, sangat tercermin dalam pidato politik Mualem.
Semua sangat bergantung pada kinerja kabinet baru Partai Aceh.
“Jangan pernah berhenti belajar. Intinya kita harus terus belajar, dan belajar. Kita baru matang berpolitik jika kita tak berhenti belajar,” begitu intruksi Mualem kepada seluruh pengurus Partai Aceh.
Secara garis besar, kali ini duet Mualem-Aburazak menerapkan manajemen politik Partai Aceh yang inovatif untuk menggerakkan perubahan sebagaimana tergambar dalam pidato politik Mualem.
Dimulai dengan inovasi politik yang berfokus pada rakyat Aceh dan nilai-nilai ke-Aceh-an yang menjadi tonggak utama transformasi politik Partai Aceh.
Persoalan ini berulangkali disampaikan Mualem-Aburazak di setiap kesempatan bertemu kader-kader Partai Aceh.
Hal itu berkaitan dengan pengalaman Partai Aceh yang telah tiga kali menjadi peserta pemilihan umum di Aceh.
Artinya dari sini terdapat gambaran berbagai perilaku kader-kader Partai Aceh yang memengaruhi ekspektasi dari rakyat Aceh untuk Partai Aceh.
Selanjutnya adalah pada perilaku pengurus Partai Aceh yang harus merasa didukung dan tidak terancam dengan proses perubahan.
Sebab Partai Aceh akan berhasil mencapai tujuannya jika pengurus partai, baik di tingkat pusat sampai ke sagoe-sagoe dan desa-desa, menerimanya dengan sepenuh hati.
Di sini, duet Mualem-Aburazak telah melakukan kombinasi talenta-talenta, yaitu merekrut talenta yang tepat dan mempertahankan talenta yang sudah ada.
Kepada mereka diberikan kesempatan berkembang secara adil di dalam Partai Aceh.
Selanjutnya, Partai Aceh membuat gerakan politiknya dengan perencanaan yang matang sehingga dapat mengantisipasi berbagai perubahan yang tak terduga.
Artinya terbuka ruang untuk berkomunikasi secara terbuka, kolaborasi, dan kebebasan berkreasi tanpa lepas kendali dari prinsip-prinsip dasar politik Partai Aceh.
Pada pidato politiknya, Mualem menekankan agar seluruh komponen Partai Aceh untuk berpikir ke depan, mengeksplorasi berbagai sudut pandang yang berbeda, serta memberi inspirasi positif untuk pengembangan Partai Aceh.
Jika seluruh jajaran di Partai Aceh mengikuti gerakan politik Mualem-Aburazak, maka akan tercipta budaya politik yang mendorong perkembangan dan kesuksesan bagi Partai Aceh dalam meraih harapan politiknya.
Maka terciptalah budaya inovasi yang didukung para pengurus dan kader-kadernya yang penuh semangat memberikan wawasan kepada seluruh rakyat Aceh mengenai Partai Aceh.
Pada titik inilah Aceh meraih kharismanya melalui inovasi politik Partai Aceh.(*)
*) Penulis adalah Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Aceh
*) PENULIS adalah Pemerhati Politik dan Pemerintahan. Berdomisili di Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI