Kebiasaan pengungsi Rohingya mendarat di perairan Aceh, terutama di kawasan Aceh Besar, Pidie, Bireuen, hingga ke pantai utara-timur mulai menimbulkan kejenuhan bagi warga setempat. Bahkan warga Jangka, Kabupaten Bireuen misalnya secara tegas mereka menolak kaum imigran itu mendarat di wilayahnya.
Penolakan yang dilakukan warga tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan. Warga sepertinya sudah malas berurusan dengan pengungsi Rohingya yang kerap membuat masalah saat berada di Aceh. Salah satu bentuk kekesalan yang dialami warga adalah para imigran itu sering kabur dari lokasi pengungsian tanpa merasa bersalah.
Atas kejadian yang sudah berulang kali itu, warga pun mulai mencium ada ketidakberesan dari aksi mereka yang sengaja mendarat di Aceh. Dengan kata lain, sepertinya ada yang sengaja mengkoordinir, mulai berangkat dari Myanmar, kemudian mendarat di Aceh, lalu ditampung warga setempat, dan kemudian kabur dengan orang-orang tertentu yang sudah disiagakan.
Karenanya, sangat beralasan jika kemudian warga Aceh mulai kurang simpati terhadap pengungsi Rohingya tersebut. Warga Aceh sudah bisa membaca aktivitas mereka saat berada di daerahnya, yakni hanya menumpang sebentar, dan kemudian rata-rata kabur ke Medan atau Malaysia.
Sebelumnya diberitakan, warga Jangka, Kabupaten Bireuen sekitar pukul 05.30 WIB, Kamis (16/11/2023) menolak kedatangan ratusan etnis Rohingya dengan menumpang kapal di wilayahnya. Boat atau kapal besar itu diduga hendak mendarat di Kuala Pawon, Jangka.
Informasi dihimpun harian ini, boat berisi ratusan pengungsi Rohingya disebutkan mati mesin. Pengungsi Rohingya terlihat berada di laut berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai. Sementara di kawasan pantai ratusan kaum ibu dan bapak juga bertahan agar mereka tidak mendarat.
Amatan harian ini, boat panjangnya diperkirakan 50 meter lebih penuh dengan para pengungsi juga bertahan di laut lepas, boat yang mereka tumpangi hanya digoyang ombak. Lokasi mereka bertahan berada di kawasan pantai Desa Pante Sukon, Kecamatan Jangka.
Keuchik Kuala Pawon, Mukhtar yang merupakan gampong tetangga Pante Sukon yang sedang bersama warga mencegah mereka mendarat. Ia mengatakan, boat berisi pengungsi Rohingya terlihat sekitar pukul 04.50 WIB.
Begitu diketahui akan ada kapal yang mendarat, warga dari sejumlah desa segera merapat ke pantai dan menolak mereka untuk mendarat. “Ada ratusan warga datang dan menolak mereka turun di kawasan desa kami," ujar Mukhtar. Di lokasi terlihat Camat Jangka, Kapolsek, Danramil, dan berbagai unsur memantau warga dan juga para pengungsi.
Seperti diketahui, para manusia perahu etnis Rohingya itu sudah seringkali terdampar atau sengaja diturunkan ke Aceh. Awal-awalnya mereka diterima dengan baik oleh warga Aceh, di mana saja mereka terdampar, termasuk di Jangka.
Tetapi akhir-akhir ini, warga pun mulai jenuh karena setelah ditampung baik-baik, kehadiran mereka pun kerap bikin masalah, seperti kabur di lokasi penampungan dan lain-lain.
Untuk itu, sekali lagi, kita berharap ada perhatian yang lebih serius terhadap pengungsi dari Rohingya ini, khususnya dari dunia internasional. Tak mungkin kasus sebesar ini hanya dilimpahkan kepada penduduk setempat, yang tentu saja mereka banyak punya keterbatasan. Nah?
POJOK
Diam-diam, AS tambah pasokan senjata ke Israel
Terkonfirmasi bahwa orang AS ini banyak keturunan Yahudi
Tak ada yang perlu ditanggapi soal polemik DPRA-Pj Gubernur, kata Jubir MTA
Jangan salah, ini juga salah satu bentuk tanggapannya…
Pelaksanaan PKA-8 sukses, YARA apresiasi Disbudpar Aceh
Bereh that YARA, kira aju…