Jurnalisme Warga

Kisah Inspiratif, sang Penggembala Jadi Profesor

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr. SITI RAHMAH, S.H., M.Kn., CPM., CPArb, alumnus Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala, saat ini Plt Dekan Fakultas Hukum Universitas Abulyatama, melaporkan dari Aceh Besar

Dr. SITI RAHMAH, S.H., M.Kn., CPM., CPArb, alumnus Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala, saat ini Plt Dekan Fakultas Hukum Universitas Abulyatama, melaporkan dari Aceh Besar

Dalam suatu kesempatan saya sempat mewawancarai Prof Dr Azhari Yahya SH, MCL, MA, Guru Besar Fakultas Hukum di ruang kerjanya di Universitas Syiah Kuala (USK) untuk menggali pengalaman hidupnya mulai dari kecil hingga meraih jabatan akademik tertinggi profesor.

Mungkin ada yang bertanya mengapa  saya harus mewawancarai sang akademisi yang rendah hati ini dan apa sebenarnya yang membuat Prof Azhari jadi istimewa di mata saya. Jawabannya adalah pengalaman hidupnya menjadi inspirasi buat saya dan mungkin saja bagi para pembaca.     

Prof Azhari lahir di Meunasah Tambo Kecamatan Peudada, Bireuen, tahun 1964. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Ibunya meninggal ketika ia berumur dua setengah tahun dan saat itu adiknya baru lahir. Sejak ibunya meninggal ia dibesarkan oleh nenek dan adik ibunya hingga dewasa.

Menjadi anak petani dari keluarga miskin tidak menghalangi Azhari untuk menggapai impiannya menjadi profesor. Hal tersebut terbukti sejak 1 Agustus 2023 Azhari resmi diangkat sebagai Guru Besar dalam Hukum Perdata spesifikasi Hukum Investasi pada FH USK oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Keberhasilannya menjadi profesor bukanlah semata-mata karena usaha kerasnya, melainkan juga berkat doa dari orang tuanya yang tanpa henti.

Menyandang jabatan akademik profesor menjadi impian beliau sejak kecil. Bahkan, ketika hal itu disampaikan kepada teman-teman seangkatannya saat duduk di bangku SMP Negeri Peudada banyak yang menertawakanya karena secara akal sehat, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin Azhari yang sehari-harinya bertugas sebagai penggembala kerbau sepulang sekolah bercita-cita menjadi profesor. “Mimpi apa kamu ini?” celoteh teman-temannya. Tertawaan tersebut dijadikan motivasi oleh Azhari untuk melangkah lebih maju.

Wujud nyatanya selama tiga tahun di SMP Azhari selalu menjadi juara umum yang tak terkalahkan di sekolahnya dan mendapat beasiswa penuh.

Setamat SMP, Azhari melanjutkan pendididikan ke SMA Negeri 1 Bireuen dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke FH USK dan lulus tahun 1988. Selesai dari USK Azhari diangkat sebagai dosen tetap (PNS) pada FH USK terhitung 1 Maret 1989. Kemudian, tahun 1993 Prof Azhari melanjutkan pendidikan S2-nya dalam bidang Master of Comparative Laws pada Faculty of Law, International Islamic University Malaysia dengan beasiswa penuh dan selesai tahun 1995.

Kemudian, tahun 2000 Prof Azhari berhasil mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Norwegia untuk program Master of Arts (MA) dalam bidang Human Rights di Faculty of Law, Oslo University selama dua tahun.  Perjalanan pendidikan Prof Azhari tidak berhenti sampai di situ, beliau masih melanjutkan Pendidikan Program Doktor (S3) di Monash University Melbourne, Australia.

Pendidikan Prof Azhari tidak hanya sebatas pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan informal berupa ‘short course’ di beberapa negara. Semua pendidikan informal itu ditempuh ‘full scholarship’ dari berbagai lembaga donor hasil kompetisi yang sangat kompetitif. Saya benar-benar takjub dengan kemampuan Prof Azhari bertarung di level internasional untuk memperebutkan beasiswa bergengsi tersebut.

Melihat seabrek keberhasilan yang dicapai Prof Azhari, membuat saya bertanya, “Apa sebenarnya kiat yang Prof Azhari lakukan untuk memenangkan setiap kompetisi akademiki ini?”

Jawaban beliau singkat saja, “Berusaha maksimal, lalu ikuti dengan doa, dan jangan pernah lupa minta doa orang tua dalam setiap langkah yang kita jalani. Jangan pernah sombong atas setiap kesuksesan, selalulah rendah hati dan selalu bersyukur atas setiap keberhasilan.”

Kemudian, pertanyaan saya lanjutkan, “Apa sih yang membuat Prof begitu bersemangat untuk terus kuliah?” Jawabannya, “Saya mengamalkan hadis Rasulullah yang menyuruh kita untuk belajar mulai dari ayunan hingga ke liang lahad.”

“Di samping itu, saya juga ingin memutus mata rantai kemiskinan yang melilit keluarga saya. Sejak saya dilahirkan selalu hidup miskin. Tidak ada jalan lain yang bisa saya kerjakan untuk memutus mata rantai kemiskinan tersebut selain melalui jalur pendidikan dan alhamdulillah tekad bulat tersebut kini menjadi kenyataan,” demikian jawaban Prof Azhari yang membuat saya terharu dan terinspirasi.  

Namun, ada satu hal yang membuat Prof Azhari tidak pernah menyerah pada keadaan, yaitu janji Allah Swt dalam Qur’an Surah Asy-Syarh ayat 5-6 yang maksudnya, “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

Halaman
12

Berita Terkini