Luar Negeri

Momen Langka, Kim Jong-Un Menangis Minta Para Perempuan Korea Utara Miliki Lebih Banyak Anak

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tertangkap kamera, momen saat Kim Jong-Un menangis saat meminta perempuan Korea Utara meningkatkan angka kelahiran.

SERAMBINEWS.COM, PYONGYANG - Tak biasa, pemimpin Korea Utara atau Korut, Kim Jong-un kedapatan menangis saat Pertemuan Ibu Nasional di Pyongyang.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menangis saat meminta perempuan di negara itu agar punya banyak anak.

Kim Jong-un terlihat menyeka matanya dengan sapu tangan pada sebuah pandangan emosional yang langka.

Kim Jong-un dilaporkan berusaha menahan air matanya ketika tengah berpidato.

Ketika itu, ia tengah berpidato yang menyerukan para perempuan untuk memperkuat kekuatan negara.

 Ia pun menyerukan agar perempuan Korea Utara untuk memiliki lebih banyak bayi.

“Hentikan penurunan angka kelahiran dan menyediakan pengasuhan serta pendidikan anak yang baik adalah urusan keluarga harus kita selesaikan bersama ibu kota,” kata Kim Jong-un dikutip dari Sky News, Rabu (6/12/2023).

Kim menangis di depan ribuan perempuan yang hadir dalam acara Pertemuan Ibu Nasional di Pyongyang pada Minggu (3/12).

Ia tampak menyeka air mata menggunakan sapu tangan.

"Ibu-ibu yang saya cintai, mencegah penurunan angka kelahiran dan pengasuhan anak yang baik adalah tugas rumah tangga yang perlu kita tangani," kata Kim di acara itu sambil menyeka air mata, dikutip The Independent.

Kim mengatakan Korut menghadapi sejumlah tugas yang harus diselesaikan ibu-ibu.

Baca juga: Kim Jong-Un Ungkap Dukungan Terhadap Palestina, Berencana Beri Bantuan ke Hamas

Tugas tersebut mencakup membesarkan anak sehingga bisa meneruskan revolusi, menghilangkan praktik non-sosialis, meningkatkan keharmonisan keluarga dan persatuan sosial hingga membangun cara hidup yang bermoral.

Selain itu, Kim juga menyebut tugas ibu-ibu yakni menerapkan kebijakan komunis, saling membantu dan memimpin satu sama lain untuk mendominasi masyarakat.

"Menghentikan penurunan angka kelahiran, dan merawat anak-anak dengan baik serta mendidik mereka secara efektif," imbuh Kim.

Kim lalu berkata, "Ini adalah urusan keluarga kita bersama, yang perlu kita selesaikan dengan bergandengan tangan dengan ibu kita."

Permintaan Kim muncul sebagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran yang rendah di Korut.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2023, tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan satu perempuan di Korut berada di angka 1,8.

Menurut laporan Hyundai Research Institute tingkat kesuburan Korut mengalami penurunan besar usai bencana kelaparan melanda negara itu pada 1990-an.

Korut juga sempat menerapkan program pengendalian kelahiran bayi pada 1970 hingga 1980-an untuk memperlambat populasi setelah Perang Korea.

Hyundai Research Institute menilai Korut akan menghadapi kesulitan jika tak ada tenaga kerja yang cukup.

"Negara ini akan menghadapi kesulitan untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan industri manufaktur jika tidak tersedia tenaga kerja yang cukup," demikian menurut lembaga itu.

Baca juga: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Hadiri Peluncuran Kapal Selam Nuklir

Para ahli meyakini keluarga baru di Korea Utara tak memiliki lebih dari satu anak.

Hal itu diyakini karena mereka membutuhkan uang banyak untuk membesarkan anak di negara yang tertutup tersebut.

Akurasi angka kelahiran memang sulit ditemukan, karena terbatasnya statistik yang tertutup di Korea Utara, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia.

Berdasarkan penilaian Pemerintahan Korea Selatan menunjukkan angka kelahiran di Korea Utara terus mendurun pada 10 tahun terakhir.

Rata-rata jumlah bayi yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang sepanjang hidupnya mencapai 1,79 di Korea Utara pada 2022.

Jumlah tersebut turun dari 2014, yaitu dengan rata-rata kelahiran 1,88 bayi.

Namun penurunan tersebut masih lebih lambat dibandingkan Korea Selatan, di mana angka kelahiran pada tahun lalu adalah 0,78, turun dari 1,20 pada 2014.

 
Permohonan Kim Jong-un yang penuh dengan air mat aitu kontras dengan pengendalian kelahiran yang diperkenalkan Korea Utara pada 1970-an dan 1980-an.

Hal itu dilakukan untuk memperlambat pertumbuhan populasi pascaperang.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Hyundai Research Institut yang berbasis di Seoul, mengungkapkan wabah kelaparan pada pertengahan 1990-an di Korea Utara, diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang.

Itu yang kemudian menyebabkan Tingkat kesuburan di Korea Utara menurun tajam.

 

Baca juga: Awal Pekan, Harga Emas Masih Stabil, Segini Rincian Harga Emas Senin 11 Desember 2023

Baca juga: Panca Pembunuh 4 Anak Sangat Menyesal, Menghabisi Korban Secara Sadar, Keinginannya Tak Terpenuhi

Baca juga: Sosok Sunaryo, Ayah Dua Anak Korban Pembunuhan Berantai Sarmo, Dihabisi Karena Urusan Gadai Mobil

Kompastv: Momen Kim Jong-Un Menangis di Pertemuan Nasional, Minta Para Perempuan Korut Lakukan Ini

Berita Terkini